SELAMA pemberian vaksin Covid-19 belum merata, maka potensi virus Covid-19 untuk mengalami mutasi akan sangat besar. Nah, salah satu varian terbaru yang muncul adalah varian B.1.1.529 atau yang dikenal sebagai varian omicron.
Varian omicron sendiri, sudah ditetapkan sebagai varian of concern (VoC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Varian tersebut, muncul di Afrika Selatan dan sudah menyebar ke berbagai negara di benua Eropa dan bahkan Asia, seperti di Hong Kong.
Sebagai langkah antisipasi mencegah masuknya varian yang ditengarai lebih cepat menular daripada varian delta ini, saat ini pemerintah lewat Kementerian Perhubungan sudah memperketat jalur-jalur pintu masuk internasional dan menutup sementara masuknya para Warga Negara Asing (WNA) dari negara-negara yang terkonfirmasi memiliki kasus positif varian omicron.
Epidemiolog Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman, mengatakan selain langkah mitigasi, menurutnya pemerintah saat ini harus lebih menggenjot lagi program vaksinasi Covid-19.
“Yang harus dilakukan saat ini adalah mitigasi, pemerintah sudah benar dengan menerapkan ppkm bertingkat, perbatasan jelang Nataru. Namun, yang lebih giat lagi adalah vaksinasi, ini penting sekali,” tutur dr. Dicky kala dihubungi melalui sambungan telefon.
Dari kacamata epidemiolog, ia merujuk pada kasus omicron yang banyak terjadi dominan pada orang-orang yang belum divaksin. Dicky menggarisbawahi, vaksin di sini efektivitasnya lebih mengarah untuk mencegah level keparahan dan kematian.
“Tapi harus diingat, efektivitasnya itu lebih kepada mencegah keparahan dan kematian. Tapi dalam hal efektivitas mencegah terjadinya infeksi, mencegah menularkan ke orang lain itu enggak atau belum,” imbuhnya.
Follow Berita Okezone di Google News