KETIKA seseorang demam, kita memang akan mengasosiasikannya dengan gejala Covid-19. Wajar saja, pasalnya memang pandemi Covid-19 belum berakhir, ditambah lagi penularan varian Omicron yang cepat hanya membaut gejala-gejala ringan.
Tapi, yang sebenarnya perlu diketahui adalah demam bukanlah penyakit, demam sendiri merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk membunuh virus yang masuk dalam tubuh kita. Hanya saja, demam terlalu tinggi bisa berpotensi membuat seseorang mengalami kejang-kejang.
Karena itu, disarankan seseorang mengonsumsi obat penurun panas ketika mengalami demam. Namun, jika memang demam tak kunjung turun setelah diberi obat, Anda patut waspada, bisa jadi itu adalah gejala Demam Berdarah Dengue.
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi & Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, obat penurun demam yang bisa diberikan yakni acetaminophen atau parasetamol.
Apalagi, demam tersebut bisa disertai kulit wajah kemerahan dan tidak nyaman saat menghadapi cahaya terang. Jika itu terjadi, penting untuk mencari tahu apakah di lingkungan rumah, sekolah atau orang-orang di sekitar ada yang terkena penyakit Dengue untuk membantu memastikan penyebabnya.
Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Selain demam tinggi, tanda-tandanya berupa nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri belakang mata, ruam di kulit, hilang nafsu makan, perdarahan dan mual serta muntah.
Perdarahan pada Dengue bisa berupa mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah kulit di daerah muka, leher, dada atau punggung atas, tinja berwarna hitam atau darah haid yang berlebihan.
"Dalam perjalanan penyakit Dengue, fase kritis justru terjadi ketika demam mulai turun, di mana ada potensi terjadinya komplikasi pada Dengue antara hari ketiga hingga ke-tujuh," jelas dia seperti dilansir dari Antara.
Pada fase kritis ada potensi komplikasi seperti syok karena perembesan plasma yang hebat, perdarahan otak, kelainan metabolik, kegagalan hati fulminan hingga syok berkepanjangan yang berujung kematian.
Follow Berita Okezone di Google News