JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta mengatakan, pasokan daging sapi di Indonesia masih kurang.
Hal itu mengingat permintaan daging meningkat akibat populasi yang terus bertambah.
Maka dari itu, menurutnya, Indonesia masih membutuhkan impor daging dan bibit hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
 BACA JUGA:Harga Daging Sapi Tak Naik Meski Ada Wabah PMK
“Indonesia masih membutuhkan impor daging maupun bibit hewan ternak karena ada keterbatasan pasokan domestik. Sementara permintaan daging semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan peningkatan pendapatan terutama bagi kelas menengah yang semakin bertambah,” ujar Aditya, Jumat (27/5/2022).
Untuk membantu mencukupi kebutuhan daging sapi dari impor, dia menyarankan, pemerintah perlu membenahi sistem impor dan mengupayakan peningkatan harga produksi dan distribusi.
Follow Berita Okezone di Google News
"Indonesia juga bisa menambahkan Brazil dan Amerika Serikat sebagai negara pemasok impor daging sapi untuk untuk mengurangi ketergantungan dari Australia," ujar Aditya.
Tak hanya itu, ada hal lain yang bisa dilakukan pemerintah.
 BACA JUGA:H+5 Lebaran, Harga daging Sapi Mulai Turun Jadi Rp150.000/Kg
Dia menyebutkan, pemerintah bisa memaksimalkan kemitraan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) untuk mengatasi tingginya harga daging sapi.
Menurutnya, melalui IA-CEPA, Indonesia dapat memetik banyak manfaat, karena IA‑CEPA memberikan akses preferensial ke lebih dari 99% produk pertanian Australia yang diimpor Indonesia.
"Sehingga usaha yang menggunakan pakan biji-bijian (misalnya peternakan) dan daging sapi sebagai bahan produksi bisa mendapatkan keduanya dengan harga yang lebih rendah," pungkasnya.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.