JAKARTA – Dibukanya ekspor Crude Palm Oil (CPO) memberikan potensi besar bagi perusahaan sawit untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebijakan ekspor CPO menjadi angin segar bagi perusahaan yang akan mencari tambahan modal baru melalui penawaran saham umum perdana (IPO).
Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Robiyanto mengatakan, perusahaan perkebunan sawit ini akan menjadikan momentum kenaikan harga CPO untuk melepas saham ke publik di tahun ini.
"Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas bisnis dan memastikan tata kelola perusahaan menjadi lebih akuntabel dan transparan karena menjadi milik publik," terang Robiyanto, Jumat (17/6/2022).
Dalam IPO, manajemen menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp900 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membiayai kegiatan penanaman baru, baik di lahan inti, maupun meningkatkan kualitas tanaman plasma petani, serta pembangunan pabrik baru.
Head Of Equity Research PT Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menganalisis, selain dukungan dari kenaikan harga minyak sawit mentah, kinerja produsen minyak sawit akan meningkat karena pemerintah telah mengembalikan kebijakan ekspor CPO.
"Kebijakan pemerintah membuka kembali ekspor menjadi potensi besar bagi saham-saham yang mau IPO. Tetapi memang perlu dicermati juga iklim investasinya bagaimana. Tapi kalau emiten sawit sih, saat ini sedang booming, pasti ada saja yang mau beli," ungkapnya, di Jakarta, Jumat (17/6).
Sebelumnya, di awal tahun, pemerintah menaikkan batas maksimal ekspor atau domestic market obligation (DMO) dari 20 persen menjadi 30 persen dari total produksi. Saat ini, kebijakan kembali ke DMO 20 persen sejak 23 Mei 2022.
Follow Berita Okezone di Google News