PERMASALAHAN sampah plastik memang masih menjadi momok di dunia. Pasalnya, sampai saat ini baru sekira 10 persen limbah plastik yang bisa diolah. Tidak heran jika kemudian pengurangan plastik terus digaungkan di sana-sini.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Sigit Reliantoro, mengatakan bahwa sampah yang tidak didaur ulang (recycle) ini ada tidak hanya ada di daratan, tapi juga di laut dan sungai.
"Jadi ada dua sektor yang jadi perhatian pertama plastik dan metal. Plastik itu diciptakan sejak 1869 sampai sekarang baru 10 persen bisa didaur ulang, di mana sisanya ada di jalan, sungai di laut dan darat," ujar Sigit Reliantoro di Jakarta.
Menurut Sigit, salah satu cara untuk menanganinya adalah dengan menerapkan ekonomi sirkular. Di mana manfaat yang dirasakan dapat memperpanjang masa penggunaan plastik, khususnya di Indonesia.
Umumnya masyarakat mengenal sebagai rescyle atau mendaur ulang, namun konsep ekonomi sirkular ini berbeda. Perbedaannya sirkular ekonomi, plastik bisa memutarkan perekonomian, hal itu bisa memberikan penghasilan kepada masyarakat, juga bisa digunakan secara lama dalam kebutuhan sehari-hari (produk/alat).
"Karena baru sampai 10 persen di rescyle karena butuh yang namanya konsep siklus ekonomi untuk memperpanjang masa plastik, untuk digunakan. Sehingga tidak menimbulkan tumpukan lagi dan sekarang digunakan kembali untuk produk atau kegiatan lain, muter terus digunakan manusia," jelasnya.
Follow Berita Okezone di Google News