Kumpulan Berita
Bisnis SPBU swasta di Indonesia masih menarik, meski ada yang tutup (Total, Petronas). Shell, BP, Vivo, dan ExxonMobil tetap eksis. Artikel ini membahas eksistensi dan perkembangan SPBU swasta di Indonesia.
Negara hadir dalam memberikan kepastian investasi kepada para pelaku usaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta di Indonesia.
DPR menyoroti anomali kebijakan ESDM terkait kelangkaan BBM di SPBU swasta. Izin SPBU bertambah, tapi kuota impor tidak disesuaikan, membuat SPBU swasta enggan membeli dari Pertamina karena keterbatasan jenis BBM.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Laode Sulaeman, menyatakan pihaknya akan mengumpulkan para operator SPBU swasta di kantor Ditjen Migas. Pertemuan tersebut dilakukan untuk melakukan negosiasi terkait kesepakatan pembelian base fuel yang belum menemukan titik terang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membujuk ulang badan usaha SPBU swasta untuk membeli base fuel yang telah dikirim oleh PT Pertamina Patra Niaga. Langkah ini diambil untuk menutup kekurangan pasokan BBM yang terjadi di SPBU swasta.
Pertamina menanggapi penolakan BBM beretanol oleh Shell dan Vivo, menjelaskan bahwa pencampuran etanol lazim dilakukan secara internasional dan merupakan komitmen mengurangi emisi. Pertamina memastikan pasokan BBM tetap berjalan normal dan terbuka untuk kolaborasi dengan SPBU swasta.
Menteri ESDM Bahlil memastikan Shell, BP, Vivo tidak impor BBM hingga 2025. Mereka harus beli dari Pertamina yang punya stok cukup. Ini hasil kesepakatan agar SPBU swasta tetap bisa jual BBM.
Isu kelangkaan BBM di SPBU swasta terpantau tak terbukti di lapangan, khususnya di kawasan Kemang, Jakarta. SPBU sepi pengunjung, namun stok BBM aman. Konsumen berharap kemurnian BBM tetap terjaga jika SPBU swasta membeli dari Pertamina.