Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Krisis Global Memanas, KTT G20 Diharapkan Bawa Hasil Terbaik

Michelle Natalia, Jurnalis · Kamis 10 November 2022 14:02 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 10 620 2704769 krisis-global-memanas-ktt-g20-diharapkan-bawa-hasil-terbaik-60EhloBo4A.JPG Ilustrasi KTT G20. (Foto: Sekretariat Presiden)
A A A

BALI - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti soal para pemimpin negara yang dinilai perlu memiliki kredibilitas mumpuni.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar merasa perlu menggaris bawahi bahwa dunia, khususnya pada hari ini, membutuhkan negara atau pemimpin yang tak hanya bagus dalam membina terkait apa yang harus dilakukan, tetapi juga memiliki rekam jejak kredibel.

"Dan saya rasa lagi, ada satu hal yang perlu dilihat dalam situasi sekarang, bukan memikirkan dan membayangkan apa yang seharusnya terjadi, tetapi menjadi realistis dalam memandang situasi sekarang. Kita sangat beruntung bahwa kita masih akan menghelat G20," ujar Mahendra dalam 4th Indonesia Fintech Summit 2022 secara virtual di Bali, Kamis(10/11/2022).

 BACA JUGA:Perdagangan Karbon, OJK Siapkan Aturan hingga Infrastruktur

Dia menyebutkan, adanya PBB, lembaga multilateral lainnya, bahkan mengundang pemimpin-pemimpin lainnya untuk menghadiri acara Presidensi G20 di bawah atap yang sama sebenarnya adalah sebuah mission impossible.

"Jadi, biarlah kita menaruh G20 ini dalam konteks itu. Lalu, mari kita lakukan yang terbaik dalam upaya kita mencoba mencapai apa yang bisa tercapai karena bahkan alternatif-alternatifnya saja sudah suram sebagaimana dibayangkan orang-orang," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa KTT G20 mendatang bukan hanya sekadar masalah event dan pertemuan, tetapi juga terkait apa yang sedang dipertaruhkan dunia ke depannya.

Follow Berita Okezone di Google News

Salah satu poin yang dia angkat adalah ancaman global terhadap sektor ekonomi dan finansial.

Dia menjelaskan bahwa dunia sudah menunjukkan progres yang baik menuju pemulihan pasca pandemi, namun saat ini harus menghadapi realitas yang sangat berbeda.

"Pertumbuhan ekonomi yang melambat, meningkatnya inflasi global karena krisis energi dan pangan, hingga risiko stagflasi yang mengancam kestabilan keuangan. Merespon hal ini, banyak bank sentral yang sudah mengetatkan kebijakan moneternya, yang kemudian memicu tekanan terhadap mata uang, terutama di negara-negara berkembang," bebernya.

Sekarang, hal ini telah mendisrupsi zona nyaman para perusahaan dan startup digital yang setelah sekian lama bergantung pada low-cost dan unlimited capital.

"Sebagai imbasnya, business model dari para startup dan perusahaan ini yang pernah bergantung hanya sepenuhnya pada valuasi ekuitas mereka, sekarang harus berjuang dalam memperbaiki bottom line nya, yaitu efisiensi dan mempromosikan visibilitas komersil," pungkasnya.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini