Usai mendengarkan rencana Kawilarang untuk lebih dulu ke Lengkong menemui seorang famili dan kemudian ke Jakarta, sang ayah menyetujui.
“Selamat, selamat! Kalau ada jalan, beri tahu kami, di mana kamu berada. Selamat!,” kata sang ayah yang kemudian memeluk Kawilarang sebelum putranya pergi lagi.
“Selamat tinggal Mam, Ayah. Doakan Alex!,” cetus Kawilarang yang kala itu tidak tahu bahwa kalimat tersebut jadi kata-kata terakhirnya untuk sang ayah yang meninggal beberapa waktu kemudian.
Dalam pelariannya, Kawilarang sempat jadi buruh perkebunan di Serpong pada Medio Februari 1943. Kemudian, pindah lagi ke Plaju, Sumatera Selatan untuk bekerja di pabrik minyak.
Tiga bulan di Plaju, Kawilarang resign dan sempat nganggur setelah tidak betah bekerja sebagai penerjemah Bahasa Inggris. Ia kemudian bekerja lagi di pabrik karet di Tanjung Karang, Lampung.
Saat bekerja di Lampung Kawilarang terjaring razia Kempeitai, Kepolisian Rahasia Jepang yang dikenal bengis.
Follow Berita Okezone di Google News