Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Ini Alasan Social Commerce Perlu Diatur agar Tak Rugikan UMKM

Hana Wahyuti, Jurnalis · Jum'at 16 Juni 2023 11:43 WIB
https: img.okezone.com content 2023 06 16 620 2831910 ini-alasan-social-commerce-perlu-diatur-agar-tak-rugikan-umkm-AAVVWXNzg6.jpg Ilustrasi Belanja Online (Foto: Shutterstock)
A A A

JAKARTA - Pemerintah diminta mengatur perdagangan sistem daring social commerce agar tidak merugikan UMKM. Sebab, setelah ramai curhatan penjual usaha kecil menengah di TikTok karena terkena shadowban atau larangan pembatasan akun, kini giliran para penjual keluhkan pencairan uang hasil transaksi yang lama bahkan bisa memakan waktu dua hingga tiga minggu.

Pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, ada hal mendasar yang perlu disoroti terkait fenomena-fenomena transaksi jual beli secara daring atau online yang terjadi di platform socio-commerce yang belum secara resmi diatur oleh Pemerintah.

“Karena pengaturan social commerce belum jelas, akibatnya standar pencairan hasil transaksi ke seller ikut tertunda” kata Bhima dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (16/6/2023).

“Hal ini berakibat kerugian di sisi seller karena banyak pelaku UMKM membutuhkan pencairan hasil penjualan secara cepat untuk digunakan membeli stok untuk dijual kembali," sambungnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, UMKM mempunyai arti sebagai sebuah kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat. UMKM ini memiliki tujuan untuk memperluas lapangan pekerjaan serta memberi pelayanan ekonomi kepada masyarakat secara luas.

Dengan kata lain UMKM adalah kelompok usaha atau bisnis yang dijalankan oleh individu, kelompok, rumah tangga, maupun juga badan usaha kecil. Dari sisi permodalan dan perputaran uang UMKM membutuhkan kecepatan perputaran modal agar usaha bisa berjalan stabil dan arus kas lancar.

Follow Berita Okezone di Google News

Sejauh ini Pemerintah baru mengatur perdagangan sistem daring atau online melalui PP Nomor 80 Tahun 2019 tentang perdagangan melalui sistem elektronik dan Permendag nomor 50 Tahun 2020 tentang ketentuan perizinan usaha, periklanan, pembinaan dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik.

Sementara social commerce belum secara resmi diatur padahal berdasarkan data Social Commerce 2022 oleh DSInnovate, pasar social commerce di Indonesia pada 2022 mencapai angka USD8,6 miliar.

Dengan estimasi pertumbuhan tahunan sekitar 55%, diperkirakan bakal menyentuh USD86,7 miliar pada 2028. Proyeksi pertumbuhan transaksi social commerce diperkirakan mencapai sepuluh kali lipat dalam lima tahun ke depan.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini