Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Hasil Penelitian: Virus Corona Bisa Merusak Organ Otak dan Ginjal

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Sabtu 25 April 2020 13:39 WIB
https: img.okezone.com content 2020 04 25 620 2204749 hasil-penelitian-virus-corona-bisa-merusak-organ-otak-dan-ginjal-egRBzWzzDd.jpg Ilustrasi (Foto : Shutterstock)
A A A

Efek buruk virus Corona Covid-19 ke tubuh manusia semakin kompleks. Penyakit yang identik dengan gangguan pernapasan ini, faktanya tidak hanya menyerang organ paru, tetapi juga otak dan ginjal.

Laporan Japan Times menyebutkan bahwa Covid-19 dapat merusak otak. Menurut sebuah penelitian, ditemukan sebuah pola baru di rumah sakit New York. Pasien Covid-19 tak hanya mengeluhkan batuk dan sesak napas, mereka juga merasa bingung, linglung sesaat hingga tidak tahu keberadaan dirinya saat ini, misal sedang berada di mana atau tahun berapa sekarang ini.

Kondisi ini bisa terjadi akibat kadar oksigen yang sangat rendah di dalam tubuh seseorang. Tetapi, gangguan kesehatan yang terjadi pada pasien COVID-19 sebetulnya masih perlu dikaji lebih jauh, karena virus ini masih erat kaitannya dengan masalah paru-paru.

Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pekan lalu, mengungkap fakta: ditemukan 36,4 persen dari 214 pasien COVID-19 di China memiliki gejala neurologis mulai dari kehilangan kemampuan mencium bau, nyeri saraf, kejang, hingga stroke.

Cemas

Lebih lanjut, studi New England Journal of Medicine memeriksa 58 pasien COVID-19 di Strasbourg, Prancis, dan setengahnya didapati mengalami masalah kebingungan atau gelisah, dan terjadi peradangan pada pencitraan otak.

"Kita semua tahu bahwa Covid-19 adalah masalah infeksi pernapasan, tetapi ternyata penyakit ini juga menyerang dan merusak organ otak," ujar S. Andrew Josephson, Ketua Departemen Neurologi di University of California, San Francisco.

Tidak hanya otak, Covid-19 juga dapat menyerang organ ginjal. Klaim tersebut diperkuat oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell pada Maret lalu.

(Baca Juga : Jangan Abaikan Nyeri Dada, Bisa Jadi Gejala COVID-19)

Penelitian itu menjelaskan, virus corona menginfiltrasi tubuh dengan mengikat jenis reseptor pada sel yang disebut ACE2. Reseptor khusus ini ditemukan tidak hanya di sel-sel jantung dan paru-paru saja, tetapi juga di ginjal.

"Reseptor ACE2 pada dasarnya adalah 'tempat berlabuh' untuk virus tersebut," ujar Dr. George Thomas, seorang nephrologist dari Glickman Urogical and Kidney Instite di Cleveland Clinic.

Ginjal

Selain itu, kerusakan ginjal yang terlihat pada pasien positif corona bisa jadi karena tubuh tidak mampu menyuplai oksigen yang cukup ke organ. Hal tersebut dijelaskan Presiden Asosiasi Ginjal Nasional, Dr. Holly Kramer kepada NBC News.

Kramer mengatakan, Covid-19 benar-benar telah 'memukul' paru-paru dengan keras, sehingga menyulitkan tubuh untuk mendapatkan oksigen yang dibutuhkan. Artinya, tidak menutup kemungkinan kerusakan ginjal disebabkan oleh efek virus pada darah yang dapat menyebabkan pembekuan. Hipotesis ini cukup masuk akal karena pada dasarnya, salah satu fungsi utama ginjal adalah menyaring darah melalui ribuan kapiler kecil yang sangat rentan terhadap pembekuan.

Dalam arti lain, bila pembekuan darah benar-benar terjadi, para ahli mengklaim bahwa hal tersebut kemungkinan besar karena efek dari sistem kekebalan tubuh yang rusak, serta meningkatnya peradangan yang mereka sebut dengan istilah badai sitokin (cytokine storm).

"Sitokin-sitokin itu seharusnya menyerang virus, tetapi sistem kekebalan tubuh pada akhirnya melepaskan sejumlah besar sitokin, dan mereka akhirnya malah menyerang sel dan jaringan kita sendiri," kata Thomas.

Follow Berita Okezone di Google News

Lebih lanjut dr. Kramer menjelaskan, ginjal pada dasarnya juga berfungsi mengeliminasi 'sampah' di dalam tubuh, serta mendaur ulangnya. Bila kapiler-kapiler kecil itu tiba-tiba tersumbat, dan darah tidak bisa bergerak dengan baik, ginjal tidak akan bisa menyaring darah secara maksimal.

Alhasil, para dokter biasanya akan menggunakan mesin dialisis untuk membantu pasien dengan fungi ginjal yang buruk. Sayangnya, darah dari pasien positif Covid-19 dilaporkan menggumpal terlalu banyak.

Dokter mengklaim, kondisi tersebut justru dapat menyumbat filter dalam mesin dialisis (mesin cuci darah), sehingga mereka harus menambahkan pengencer darah ke rejimen pengobatan pasien agar mesin dapat berfungsi dengan baik.

Ginjal

Sementara, Ketika fungsi ginjal pasien menurun, Dr. Hugh Cassiere mengatakan bahwa kebanyakan dokter ICU cenderung kesulitan dalam memberikan perawatan kepada pasien.

(Baca Juga : Waspada, Kulit Gatal dan Memerah Bisa Jadi Gejala COVID-19 yang Tak Terdeteksi)

Cassiere memperkirakan 30-40% pasien positif COVID-19 yan gmenggunakan ventilator di ruang ICU mengalami masalah ginjal akut. Dan ini merupakan tanda bahwa penyakit yang dideritanya berpotensi memburuk.

"Setiap kali Anda berada di ICU, dan Anda mengalami cedera ginjal, itu adalah penanda untuk peningkatan risiko kematian," kata Cassiere.

Hal ini memang dikhawatirkan pada risiko kematian pasien Covid-19 yang bisa saja meningkat. Karena, pernah dikatakan oleh Juru Bicara Penanganan Covid-19 Indonesia, Achmad Yurianto bahwa pasien COVID-19 yang meninggal karena bukan karena virus corona, tetapi komplikasi atau penyakit penyertanya. "Tidak pernah kita dapatkan pasien yang meninggal karena virus Covid-19 ini sendiri. Pasien selalu mengalami komplikasi," ujarnya kala itu.

Yuri menjelaskan virus Corona akan memperburuk daya tahan tubuh penderitanya. Pada akhirnya penyakit bawaan yang diderita pasien akan makin parah. "Bukan hanya karena virus Corona yang menjadi penyebab utama tapi itu yang memperburuk kondisinya," ungkapnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini