Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Mengenal PCNL, Teknik Operasi Penghancur Batu Ginjal Tanduk Rusa Tanpa Radiasi

Wilda Fajriah, Jurnalis · Rabu 29 Juli 2020 15:21 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 29 620 2253982 mengenal-pcnl-teknik-operasi-penghancur-batu-ginjal-tanduk-rusa-tanpa-radiasi-IByTxNQGDv.jpg Ilustrasi (Foto : Medicalnewstoday)
A A A

Teknik operasi untuk menghancurkan batu ginjal tanduk rusa (staghorn stone) di Indonesia kini dapat dilakukan tanpa radiasi. Teknik operasi yang dilakukan dengan luka operasi minimal, yaitu Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) ini tidak lagi menggunakan X-Ray melainkan dengan ultrasonografi (USG) sehingga risiko paparan radiasi nol dan meminimalisasi obat-obatan terkait sehingga relatif menghemat biaya yang dikeluarkan.

Pada Operasi PCNL bebas X-Ray ini, saat membuat akses ke ginjal, biasanya menggunakan ballon dilator yang sekali pakai dan harganya cukup mahal. Dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D, dokter spesialis urologi FKUI RSCM mengembangkan teknik operasi PCNL bebas X-Ray yang menggunakan Alken Telecopic Metal Dilator yang dapat digunakan berkali-kali sehingga lebih ekonomis dari segi biaya.

Teknik ini sudah dilaporkan dalam dua jurnal ilmiah bereputasi internasional yaitu Research and Reports in Urology tahun 2020 dan International Urology and Nephrology tahun 2020. Sejauh ini belum pernah ada yang melaporkan teknik operasi PCNL bebas X-Ray dengan menggunakan Alken Telescopic Metal Dilator, sehingga dapat dikatakan bahwa publikasi di Jurnal Research and Reports in Urology yang ditulis oleh Dr. Ponco Birowo dan kawan-kawan adalah laporan pertama yang menggunakan teknik ini di dunia.

Batu Ginjal

Dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D dalam Virtual Media Briefing hari ini Rabu (29/7/2020) mengatakan, pasien staghorn stone sering kali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan, jika ada seringkali tidak disadari. Oleh sebab itu, batu ginjal bisa menjadi besar. Jika batunya masih kecil ada keluhan, biasanya akan ke dokter dan langsung diterapi sebelum menjadi besar.

"Terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu nyeri pinggang hilang timbul tanpa dipengaruhi gerakan, kencing warna merah atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila sudah lanjut karena infeksi: demam dan nyeri saat berkemih," ungkapnya

Dr. Ponco menjelaskan, teknik operasi bedah minimal PCNL pada umumnya menggunakan sinar X-Ray (fluoroscopy) pada saat mengidentifikasi batu ginjal. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dikembangkanlah PCNL tanpa X-Ray dengan bantuan USG. X-Ray free PCNL tidak menggunakan radiasi X-Ray sama sekali dalam proses pencitraan, sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator.

"Hal ini sangat berguna bagi pasien yang memang sensitif pada kontras, cairan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan struktur organ yang diperiksa. Pasien yang memiliki riwayat azotemia (peningkatan produk nitrogen di darah) juga dapat memilih prosedur ini, karena kontras dapat memicu azotemia. Pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik, penggunaan USG juga memperkecil kemungkinan komplikasi karena penggunaan USG dapat mempermudah prosedur tindakan," jelasnya.

Baca Juga : Waspada, Ini Gejala Batu Ginjal Staghorn yang Sering Tak Disadari

PCNL merupakan teknik pembedahan minimal invasif untuk menghancurkan batu ginjal yang menggunakan jarum (needle) dan guidewire yang ditusukkan ke punggung pasien pada kulit dekat ginjal untuk mengakses ginjal dan saluran kemih bagian atas. Luka operasi pada teknik ini sekitar 1 cm. Pada prosedur ini diperlukan pencitraan untuk menilai apakah akses ke ginjal sudah tercapai.

"Bisa menggunakan x-ray dan fluoroscopy ataupun ultrasonografi. Setelah akses tercapai saluran kemih dilebarkan dengan dilator dan dimasukan kamera untuk melihat struktur ginjal. Kemudian batu dihancurkan. Setelah semua batu dihancurkan, dilakukan pencitraan kembali apakah masih ada batu tersisa atau tidak,” lanjut dr. Ponco.

Staghorn stone merupakan salah satu batu ginjal yang bentuknya menyerupai tanduk, dan mempunyai cabang-cabang yang terdapat di pelvis renalis sampai mengenai dua atau lebih kaliks renalis, sehingga membentuk gambaran seperti tanduk rusa. Besar kecilnya batu ini tergantung dari ukuran ginjal.

Hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi batu tanduk rusa di Indonesia, tetapi menurut data RISKESDAS tahun 2013, prevalensi batu ginjal di Indonesia adalah 0,6%. Batu tanduk rusa sangat rentan dialami pasien yang memiliki riwayat keturunan saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik.

Follow Berita Okezone di Google News

Selain itu, rentan pula bagi mereka yang memiliki penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme, penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), kelainan saraf tulang belakang (medula spinalis) dengan gejala seperti sering mengompol (neurogenic bladder).

Abnormalitas struktur ginjal seperti obsruksi UPJ, divertikulum kaliks, striktur uretra, refluks vesiko-uretero-renal, ginjal tapal kuda, uretterocele juga merupakan pasien dengan faktor risiko batu tanduk rusa. Bagi kelompok usia 55-64 tahun paling rentan terkena batu tanduk rusa, dengan prevalensi pada laki-laki 0,8% dan perempuan 0,4%.

Batu Ginjal

Terdapat beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan, yaitu faktor keturunan dengan riwayat saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik. Penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme, penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), kelainan saraf tulang belakang (medula spinalis) dengan gejala seperti sering mengompol (neurogenic bladder).

“Batu tanduk rusa dapat muncul kembali, tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan beberapa langkah seperti mengonsumsi air mineral cukup, mengontrol konsumsi garam, protein hewani, mengurangi minuman beralkohol, banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat, menjaga kebersihan diri untuk mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih, dan menambah aktivitas fisik,“ tutupnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini