Akademisi Dr Kadek Suartaya, selaku art director menjelaskan, Lembayung Kuruksetra Mahabharata dibagi dalam empat bagian.
Diawali dengan prolog yang menggambarkan ketokohan seorang Bisma. Bisma adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata, putra dari Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Ia juga kakek dari Pandawa maupun Kurawa.
Bagian berikutnya dilanjutkan dengan adegan perang antarbala tentara Pandawa versus Kurawa, lalu perang Arjuna versus Bisma. Karena ketangguhan Bisma yang berada di pihak Kurawa, pasukan Pandwa sempat dibuat kocar-kacir. Yudistira pun patah arang dan tak berdaya.
"Lalu munculah Krisna menguatkan hati Yudistira. Krisna membeberkan bahwa Bisma punya kelemahan yakni Srikandi. Hanya Srikandi yang bisa mengalahkannya. Aku siapkan Srikandi membantu Arjuna untuk melawan Bisma," ujar Suartaya mengisahkan.
Hingga akhirnya dalam pertempuran yang sengit di medan Kuruksetra, Krisna langsung memerintahkan Srikandi dan Arjuna membentangkan busur panah ke tubuh Bisma. Dalam hitungan detik, tubuh Bisma ditembus ribuan anak panah
Pandawa kemudian menghampiri Bisma yang sudah tak berdaya. Bisma berpikir inilah saatnya pulang ke Sunia Loka. Namun, ia menunggu waktu yang tepat sembari menyaksikan kehancuran Kurawa.
"Bisma memilih waktu sore hari kematiannya, saat lembayung atau langit di barat berwarna merah jingga. Inilah ihwal cerita garapan kami," katanya.
Menurut Suartaya, hikmah yang bisa dipetik dari Lembayung Mahabharata, sesuai pesan Bisma kepada Pandawa, yakni umat manusia wajib menjaga perdamaian dunia dan hentikan perang saudara apapun alasannya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar lewat tayangan virtual juga menyebutkan bahwa pertunjukan ini sangat penting, untuk hubungan dua negara.
"Sebuah simbol yang kuat untuk optimisme kita menyambut new normal. Menuju pemulihan regional dan global," ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(sal)