Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Belajar Perang Melawan Virus Corona dari Vietnam

Leonardus Selwyn Kangsaputra, Jurnalis · Minggu 29 Maret 2020 12:44 WIB
https: img.okezone.com content 2020 03 29 620 2190712 belajar-perang-melawan-virus-corona-dari-vietnam-kSe3uMmhNK.jpg
A A A

Genderang perang melawan virus corona ditabuh di seantero dunia. Namun, belum banyak negara yang sukses memenanginya. Tercatat hanya sedikit negara yang efektif melawan corona dan menyelamatkan banyak warganya, salah satunya Vietnam, negara berkembang di kawasan Asia.

Tak seperti Negara-negara kaya semacam Korea Selatan dan Amerika Serikat yang mampu menggelar rapid test massal, Vietnam memiliki strategi sendiri dalam perang melawan corona, dengan biaya murah.

Hasilnya, Vietnam menuai pujian dari seluruh dunia lantaran kesuksesannya. Vietnam mendapat pujian karena mampu menekan rendah jumlah kasus Covid-19, meskipun negara itu berbatasan langsung dengan China, pusat awal pandemi berasal. Lantas apa tips sukses Vietnam, berikut ulasannya?

Di balik keberhasilan ini, ternyata perlu banyak pengorbanan. Warga Vietnam yang diduga membawa virus corona dipaksa untuk menjalani karantina di fasilitas pemerintah. Ketika Lan Anh (bukan nama sebenarnya) kembali ke rumahnya pada 22 Maret usai mengunjungi kerabat di Australia selama dua minggu, ia dibawa ke fasilitas karantina milik pemerintah yang didirikan di Universitas Nasional di Kota Ho Chi Minh.

(Baca Juga: Pemerintah Minta Masyarakat Contoh Vietnam yang Disiplin Terapkan Physical Distancing)

Perempuan itu mengatakan ke BBC Vietnam tentang kondisi yang dia temui dan jalani di sana. "Toiletnya hitam dengan kotoran dan wastafelnya penuh dengan genangan air. Untungnya, tidak ada bau busuk, tapi sangat kotor. Lalu, tempat tidur berkarat - semuanya berdebu. Ada jaring laba-laba di mana-mana," lanjutnya, dikutip dari BBC News Indonesia.

Pada malam pertama, kebanyakan orang hanya diberi satu tikar, tanpa bantal dan selimut. "Hanya ada satu kipas angin di langit-langit kamar. Karena cuaca yang begitu panas dan lembab, seorang di kamar saya suhu badannya tinggi, mereka hampir harus dipantau."Perlengkapan di tempat karantina itu sudah disuplai kembali, kata Lan Anh.

(Baca Juga : Vietnam Mampu Produksi Alat Uji Corona 10 Ribu per Hari)

Tapi dia prihatin dengan fasilitas yang buruk yang bisa memperkeruh ketakutan orang bahwa mereka - atau orang di sekitar mereka - dapat terinfeksi Covid-19 karena di tempat karantina lain telah ada kasus virus corona. "Kami tidak butuh kenyamanan, tapi kebersihan itu perlu. Toilet, wastafel, dan kamar mandi kotor itu menampung virus dan penyakit-penyakit lain. Jika ada wabah di sini, kondisi sanitasi akan memperburuk keadaan."

Solusi berbiaya rendah

Pemerintah Vietnam telah menyatakan 'perang' terhadap virus corona dengan cara memobilisasi tenaga medis, pasukan keamanan, dan masyarakat untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

(Baca Juga: Bilik Pembasmi Covid-19 di Vietnam, Digunakan 1.000 Orang per Hari)

Di Vietnam, negara padat berpenduduk 96 juta jiwa, Partai Komunis memutuskan untuk melacak virus corona secara agresif. Menyadari bahwa hampir semua kasus - 141 kasus pada 25 Maret dan tidak ada korban jiwa - berasal dari orang yang tiba dari luar negeri, pemerintah mensyaratkan para pelancong untuk dikarantina selama 14 hari setelah kedatangan mereka. Mereka yang diketahui memiliki virus corona diisolasi dan siapapun yang pernah kontak dilacak dan dites.

Follow Berita Okezone di Google News

Melacak wisatawan asing

Di antara para pelancong itu terdapat tiga wisatawan asal Inggris yang dilacak ke tempat tinggal mereka di Ho Long Bay, beberapa hari setelah mereka tiba di Vietnam awal bulan Maret ini.

Pemeriksaan itu terjadi karena seorang perempuan di penerbangan yang sama teruji positif Covid-19. Polisi pun dikerahkan ke penginapan tiga orang Inggris itu guna memastikan mereka, yang berusia 20-an, tidak melarikan diri.

Usai ketiga warga negara Inggris itu dibawa untuk dikarantina, penjaga penginapan membakar kasur dan barang-barang lain yang bersentuhan dengan mereka. Setelah setengah hari usai dites, ketiga wisatawan itu dipastikan tidak tertular.

(Baca Juga: Semua Pasien yang Terinfeksi Virus Korona di Vietnam Dinyatakan Sembuh)

Mereka pun kemudian dibawa ke rumah sakit yang tak dipakai lagi di Ninh Bình, Vietnam utara, dan diperintahkan untuk isolasi diri selama 12 hari ke depan.

Salah satu wisatawan, Alice Parker, mengatakan rumah sakit tempat mereka tinggal awalnya digunakan sebagai rumah sakit jiwa dan menjadi "sangat menakutkan di malam hari". "Kami memiliki toilet tapi tidak ada shower. Kami juga punya ember untuk mandi dan mencuci pakaian kami. Kami sebenarnya cukup beruntung karena kami pernah mendengar orang dalam kondisi yang lebih parah."

Gelombang infeksi kedua virus corona

Vietnam berupaya menghindari 'lockdown' atau penutupan wilayah seperti yang dilakukan negara-negara Eropa, namun mengkarantina mereka yang terkena virus. Ada lebih dari 21.000 orang di daerah-daerah yang dikarantina dan sekitar 30.000 orang melakukan isolasi sendiri, menurut laporan Asia News Network pada 25 Maret.

(Baca Juga : Apa Itu Physical Distancing?)

Gelombang kedua infeksi dari luar negeri telah mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah ketat. Mulai Minggu (22/03), Vietnam melarang izin masuk untuk semua warga negara asing, termasuk warga asli Vietnam dan anggota keluarganya, kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pemerintah telah memerintahkan untuk mengikuti siapa saja yang memasuki negara itu sejak 8 Maret. "Dalam fase baru ini, kemungkinan penyebaran ke masyarakat sangat tinggi, jadi perlu langkah-langkah kuat untuk mencegah wabah sebelum memuncak," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc dikutip oleh media Vietnam.

Mobilisasi

Sejauh ini, upaya Vietnam menekan penyebaran virus corona tetap rendah mendapat pujian. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), respons cepat pemerintah mengatasi keadaan darurat sangat penting dalam mengendalikan krisis pada tahap awal. "Vietnam adalah masyarakat mobilisasi," kata Carl Thayer, profesor emeritus di Universitas New South Wales Canberra, kepada Financial Times.

"Vietnam adalah negara dengan satu partai; memiliki pasukan keamanan publik yang besar, militer dan partai itu sendiri; dan pemerintah sigap dalam merespons bencana alam."

Namun, mencoba memobilisasi orang juga berarti bahwa orang itu didorong juga untuk mengawasi tetangganya, dan ketakutan untuk dipaksa karantina mungkin telah mendorong jumlah orang yang terinfeksi untuk bersembunyi, kata editor BBC Vietnam, Giang Nguyen.

Masyarakat informan

Para tetangga sering mengadukan kasus-kasus dugaan virus corona dan banyak yang khawatir pemerintah akan campur tangan dalam privasi mereka yang tinggal di daerah karantina. Sementara itu, media yang dikontrol negara juga hanya menyampaikan pesan patriotik ke masyarakat terkait Covid-19.

Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc meminta orang-orang untuk mendukung apa yang disebut "perang panjang di musim semi", - sebuah imbauan pada musim semi 1975 tentang serangan militer yang sukses terhadap pasukan Amerika Serikat.

(Baca Juga: Liburan ke Vietnam, Jangan Lupa ke Pulau Teristimewa)

Pemerintah mengatakan Vietnam harus mempersiapkan kemungkinan munculnya "ribuan" kasus dalam beberapa bulan mendatang. Rumah sakit Bach Mai di Hanoi, yang pernah dibom oleh Amerika saat Perang Vietnam, kini telah dinyatakan sebagai pusat infeksi Covid-19 setelah sejumlah dokter dan pasien terinfeksi. Sekarang, sekitar 500 staf medis rumah sakit itu sedang menjalani tes darurat untuk melihat apakah mereka aman dari virus.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini