Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Bertaruh Nyawa di Tengah Stigma Corona

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Rabu 01 April 2020 16:17 WIB
https: img.okezone.com content 2020 04 01 620 2192432 bertaruh-nyawa-di-tengah-stigma-corona-OuRHXiPfvs.jpg Dokter Berada di Garda Depan Merawat Pasien Corona
A A A

Tenaga medis merupakan garda terdepan saat berperang melawan virus corona COVID-19. Mereka bertaruh nyawa ketika menangani pasien COVID-19.

Tidak sedikit tenaga medis yang akhirnya juga terinfeksi COVID-19 selama menangani pasien. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, hingga 26 Maret 50 tenaga medis positif terpapar COVID-19, 2 di antaranya meninggal dunia, itu baru di Jakarta.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan 8 dokter meninggal dunia. Kemudian, lima hari yang lalu, IDI kembali mengumumkan dua orang dokter meninggal dunia, yakni anggota IDI Jakarta Barat dan IDI Bandung.

Lalu, semalam melalui akun Instagram IDI menyampaikan jika 2 orang dokter kembali meninggal dunia. Dari 12 orang dokter yang meninggal, 11 di antaranya dinyatakan positif COVID-19, sedangkan 1 pasien dalam pengawasan (PDP).

Jumlah korban positif corona

(Baca Juga : 3 Dokter Muslim Meninggal Akibat Corona)

Meski pengorbanan mereka sampai harus bertaruh nyawa, tetap saja timbul stigma di masyarakat. Sejumlah tenaga medis dijauhi masyarakat, mereka diasingkan karena dianggap bisa menularkan COVID-19.

Hal ini sempat disampaikan salah seorang pengusaha hotel. Dia menerima kabar dari temannya yang bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah di Jawa Tengah. Menceritakan bahwa ada dua tenaga medis yang 'diusir' dari kos-kosannya.

Alat pelindung diri dokter dari corona

(Baca Juga : Indonesia Butuh 1.500 Dokter dan 2.500 Perawat untuk Tangani COVID-19)

Kabar ini pun ternyata diterima Dokter Tirta di email pribadinya. Berdasar cuitannya di media sosial, ia menjelaskan bahwa para tenaga medis dijauhi, mendapat stigma negatif karena melawan COVID-19, stres, mendapat tekanan, sampai ada yang menangis di rumah tiap pulang.

(Baca Juga : Kisah Perawat Pertama yang Meninggal Akibat Corona, Mama Itu Pahlawan)

Dokter Tirta meminta masyarakat untuk tidak menjauhi tenaga medis atau pasien COVID-19. "Kenapa orangnya dikucilkan? Bayangkan kalau itu keluargamu. Harusnya kita kasih semangat, kawan,' pintanya. Ia menegaskan sekali, masyarakat itu harusnya menjauhi virusnya, bukan orangnya. Tenaga medis itu butuh semangat.

(Baca Juga : Mengenal Ibnu Sina, Dokter Muslim Penemu TBC)

"Sambutlah tenaga medis, kasih mereka semangat. Bahkan, sepucuk surat bisa jadi penyemangat teman-teman saya. Mereka juga punya keluarga. Saya tahu ini kewajiban, tapi serius, kalau sampai tenaga medis stres, maka siapa yang rugi? Kita semua," ungkap Dokter Tirta.

Follow Berita Okezone di Google News

Ya, tenaga medis juga mempunyai keluarga yang selalu menanti dirinya pulang dalam kondisi selamat dari 'medan perang'. Mereka harus meninggalkan suami, istri, bahkan buah hati yang masih balita untuk maju ke garis depan 'medan perang' melawan COVID-19.

Seperti Afit yang bekerja sebagai suster merawat pasien COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran. Dia harus menahan rindu kepada buah hati, membawa baju anaknya yang masih membutuhkan ASI.

(Baca Juga : Viral Video Dokter Ajak Pasien Virus Korona Nyanyi Bareng di Ruang ICU)

Dia harus mengumpulkan ASI yang nantinya diambil oleh sang suami. Tapi, suster Afit hanya bisa berkomunikasi dan melihat wajah suaminya dari kejauhan tanpa bisa memeluk sekedar melepas rindu.

Ada pula cerita perjuangan dokter Debryna di RS Wisma Atlet yang harus memakai alat pelindung diri (APD) selama 10 jam setiap harinya. Pastinya akan sulit ketika lapar, haus bahkan menahan rasa ingin buang air kecil.

(Baca Juga : Temukan Virus Korona, Ilmuwan Ali Mohamed Zaki Malah Dipecat)

Belum lagi ketika pakaian pelindung tubuh rusak atau bolong. "Ada keparnoan kalau ada bolong sedikit saja, parno gitu kan, jadi benar-benar keep checking ke teman, Jika ada yang sobek terus langsung diselotip. Itu sebenarnya agak ribet karena tiap kali lihat bolong langsung cari selotip dan pasang dulu," ujarnya lewat Instagram.

(Baca Juga : 5 Dokter yang Meninggal Dunia saat Bertugas)

Tentu banyak cerita-cerita lainnya dari tenaga medis selama menangani pasien COVID-19. Satu yang pasti, para tenaga medis berjuang demi menyelamatkan pasien dengan nyawa mereka taruhannya. Jadi, jauhi stigma dan dukung mereka!

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini