Sedangkan kelima, fungsi pemilihan. Santri bisa memilih kurikulum yang disediakan pesantren yang televan dengan dirinya. Waryono berkisah, dulu, di banyak pesantren ada banyak Kiai sehingga santri bisa milih mau ikut mengaji ke tempat kiai siapa.
Keenam, fungsi diagnostik. Kurikulum harus bisa mendiagnosa perubahan yang terjadi di masyarakat. "Pandemi ini mengajarkan kepada kita untuk lebih pintar beradaptasi dengan keadaan," terangnya.
"Karenanya kurikulum harus bisa mendiagnosa perubahan zaman agar para santri bisa beradaptasi untuk bertahan hidup," kata Waryono.
Sedangkan ketujuh yakni fungsi dialogis. Kurikulum menurutnya harus bisa mendialekkan antara isi kitab yang ditulis pada abad 5 Hijriah dengan peristiwa yang terjadi belakangan ini.
Acara pemetaan kurikulum ini diikuti perwakilan 10 pesantren salaf yang ada di Jakarta dan Jawa Barat, serta para Kasubdit di lingkungan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
Follow Berita Okezone di Google News
(put)