Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Cerita Pasien Sembuh dari Covid-19 yang Nyaris Meninggal Dunia

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Kamis 10 September 2020 12:51 WIB
https: img.okezone.com content 2020 09 10 620 2275521 cerita-pasien-sembuh-dari-covid-19-yang-nyaris-meninggal-dunia-keOYR7wrTo.jpg Fitrah Akbar berbagi kisah sembuh dari Covid-19 (Foto : YouTube/Fitrah Akbar)
A A A

Fitrah Akbar tak henti-hentinya menghaturkan syukur kepada Tuhan karena telah menyelesaikan salah satu scene terberat dalam hidupnya. Ya, YouTuber ini berhasil melawan Covid-19 yang hampir membuatnya meninggal dunia.

Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya ia dinyatakan negatif Covid-19 kembali. Menurut penuturannya di chanel Youtube Fitrah Akbar berjudul 'Hampir Meninggal Karena Covid-19!!! - Tips Sembuh dari Covid-19 Simak Di Sini', ia mesti menjalani perawatan sangat intensif di rumah sakit selama 19 hari, terhitung dari 29 Juli hingga 16 Agustus 2020.

Fitrah menjalani perawatan intensif untuk pengobatan Covid-19 di RS PHC Surabaya. Sebelum dirawat, ada drama yang sulit juga dilupakan hingga sekarang.

Pasien Covid-19

Jadi, sebelum dirawat secara intensif, gejala yang terjadi pada tubuh Fitrah beragam sekali. Dimulai pada 23 juli, tubuhnya mengalami demam tinggi. "Sesuai pengecekan suhu, angkanya menunjukkan suhu 38,5 derajat celsius dan itu berlangsung 3 hari," terang Fitrah.

Dia menjelaskan, sebelum mengalami gejala pertama itu, dirinya termasuk orang yang sangat sangat protektif. "Kalau keluar rumah, selalu pakai makser dan face shield, bahkan kalau naik mobil, saya dan istri menggunakan face shield," tuturnya.

Baca Juga : Hampir Meninggal, YouTuber Fitrah Akbar bagi Tips Sembuh dari Covid-19

Dengan perilaku semacam itu, Fitrah menilai dirinya sebagai orang yang berisiko sangat kecil terpapar Covid-19. Tapi, ia sadar, Tuhan menakdirkan dirinya untuk terpapar Covid-19.

Bicara soal demam yang muncul, Fitrah mengaku demamnya itu mirip demam Typus. Jadi, pukul 10 malam sampai subuh, badan panas. Setelah itu, normal kembali.

Pasien Covid-19

Lalu, pada 25 Juli, gejala semakin buruk, Fitrah mengalami batuk. Di awal gejala, batuk yang muncul tidak berdahak, tapi setelah dua hari berselang status batuk berubah menjadi batuk berdahak.

"Batuk yang muncul sangat intens. Saya benar-benar batuk saat malam hari pukul 10 malam hingga 4 subuh," curhatnya.

Setelah muncul batuk, Fitrah berpikir kalau dirinya membutuhkan yang namanya oksigen kalengan. Alhasil, dia membeli beberapa untuk persediaannya jika diperlukan.

Lanjut, pada 27 Juli, kondisinya semakin parah. Fitrah kehabisan banyak oksigen dalam tubuhnya. Badannya lemas sekali dan sesak napasnya semakin membuat dia sulit bernapas.

"Setelah mengalami kondisi ini, saya putuskan untuk ke RSI Jemursari. Di sana saya diinfus, sekalian menjalani Rapid Test, dan foto rontgen thorax," tuturnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Hasil Rapid Test pun keluar, reactif tulisannya. Lalu, untuk foto thorax, hasil bacaannya Fitrah mengalami kondisi kesehatan yang dinamakan dengan Pneumonia Bilateral atau kondisi radang paru-paru.

Setelah mendapatkan dua hasil tersebut, Fitrah disarankan dokter untuk menjalani tes PCR. "Dengan hasil rapid reaktif, thorax bermasalah, saya berkesimpulan 70 persen positif Covid-19," cerita Fotografer tersebut.

Esok harinya, pada 28 Juli, Fitrah mengalami gejala yang lebih serius yaitu batuk yang semakin parah. Sesak napasnya benar-benar menyulitkan dia untuk bernapas. "Narik napasnya pendek banget. Kalau narik napas panjang, saya langsung batuk. Jadi, susah sekali bernapas," tuturnya.

Dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, tapi kali ini dia datangi RS PCH Surabaya. Sebelum menuju ke rumah sakit ini, Fitrah pun mesti melewati drama yang mempertaruhkan nyawanya.

Jadi, di 28 Juli itu dia langsung menuju RS PCH Surabaya untuk tes swab. Tapi, karena ruangan isolasi penuh, akhirnya Fitrah memutuskan untuk pulang.

Pasien Covid-19

Esok harinya, 29 Juli, pukul 1 siang, batuknya semakin hebat dan dadanya mulai sakit dan sesak. Lagi, dia menuju rumah sakit sambil membawa kaleng oksigen sebanyak 4 buah yang dia beli untuk keadaan darurat dan inilah momen dia menggunakannya.

Selama menuju rumah sakit, hidungnya tidak pernah berhenti disemprotkan oksigen. Menurut dia, tindakan tersebut setidaknya membantu untuk melancarkan pernapasan. Di momen itu juga dia merasa seperti tenggelam.

"Saya rasanya seperti tenggelam (susah bernapas). Pengalaman yang rasanya hampir mati. Pengalaman yang tidak terlupakan juga, tapi tidak ingin saya rasakan lagi," curhatnya.

Mobil yang membawa Fitrah berhenti di rumah sakit pertama yaitu RSI Jemursari. Saat tiba di sana, dokter mengatakan kalau kamar isolasi penuh. Ya, pasien diduga atau konfirmasi Covid-19 mesti dirawat di kamar isolasi agar virus yang ada di tubuhnya tidak menyebar kemana-mana.

Kemudian dia bergeser ke RSAL (tidak dijelaskan lebih jelas), di sini pun kamar penuh. Lalu, dirujuk ke RS Darurat Indrapura. "Nyatanya, rumah sakit ini hanya menerima pasien dengan gejala ringan saja," terangnya. Sedangkan saat itu kondisi Fitrah sudah sangat kritis.

Setelah itu, dia pun dirujuk ke RS PHC Surabaya. Di sini, dia langsung masuk ke IGD. Fitrah tak menunggu lama sampai akhirnya dapat kasur di IGD untuk mendapatkan pertolongan.

"Saya ditidurkan, pengecekan dilakukan dan diketahui bahwa saturasi oksigen saat itu sekitar 70 hingga 80 persen, bener bener low. Oksigen tambahan pun langsung dipakaikan," ujarnya.

Pasien Covid-19

Di momen itu, Fitrah memutar kembali ingatannya. Apa yang dia alami masih termasuk ringan jika dibandingkan pasien kritis lainnya. "Kalau saja terlambat 2 jam misalnya, mungkin saya sudah tidak ada di depan kamera memberitahu teman-teman semua," ucapnya.

Usai mendapat pertolongan di IGD, akhirnya Fitrah dapat kamar isolasi dengan kesabaran menunggu sekitar 6 jam lamanya. Ya, dia memperkirakan waktu tersebut dari mulai datang di rumah sakit di waktu Ashyar, hingga masuk kamar sekitar pukul 9 malam.

Kehidupan pasien Covid-19 di ruang isolasi benar-benar tidak terbayangkan olehnya. Pasien sama sekali tidak diperbolehkan keluar. Ya, pasien hanya boleh di ruangan isolasi saja.

Lalu, obat yang mesti dikonsumsi teramat banyak, ada obat suntik dan ada obat oral (telan). Fitrah coba mengingat obat-obatan apa saja yang dia minum saat masa pengobatan.

"Untuk obat suntik, itu ada obat untuk pelapis lambung, vitamin, dan beberapa obat yang enggak saya tanyakan. Sementara itu, untuk obat telannya ada pengencer dahak, obat batuk, vitamin, ada beberapa pil kecil, dan sempet mendapat obat donasi dari cina namanya Lianhua yang diberikan 7 hari setelah masuk kamar isolasi," terangnya.

Di video itu pun Fitrah coba merangkum gejala apa saja yang dia alami, antara lain panas, batuk, asam lambung (lambungnya sangat sakit),

diare, sesak napas, dan sakit tenggorokan. "Ya, ada enam gejala Covid-19 yang saya rasakan. Setiap pasien itu gejalanya beda-beda, lho," terangnya.

Pasien Covid-19

Fitrah pun menjelaskan, sebagai pasien Covid-19, syarat dinyatakan bisa pulang atau sembuh adalah melalui pemeriksaan tes swab yang menunjukkan hasil negatif 2 kali berturut-turut. Karena itu, selama masa perawatan, Fitrah menjalani swab tes per 5 hari sekali.

"Swab pertama (29 Juli) hasilnya positif. Lalu, swab kedua (2 Agustus) hasilnya negatif, tapi di-swab ketiga (3 Agustus) hasilnya positif. Tes swab lagi yang keempat (9 Agustus) hasilnya positif, lalu swab kelima (15 Agustus) hasilnya negatif, dan swab keenam (16 Agustus) dinyatakan negatif. Jadi, pada 16 Agustus 2020 saya diperbolehkan pulang," ungkapnya diakhiri senyum.

Fitrah menambahkan, selama dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatannya terus membaik. Hal itu tentu berkat kerja kerasa para tenaga kesehatan yang merawatnya dan tentunya keyakinan bisa melawan virus yang hampir mematikan nyawanya tersebut.

Di video itu pun Fitrah menjelaskan kalau selama proses perawatan di rumah sakit, biaya ditanggung pemerintah. "Yang perlu dicatat, ketika saya dinyatakan positif, biaya langsung ditanggung pemerintah. Sepengetahuan saya, baik itu anggota BPJS atau tidak, pemerintah menanggungnya. Tapi, sebelum dinyatakan positif, biaya mandiri," tuturnya.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini