Penyakit gagal jantung menjadi hal yang menakutkan bagi pasien kardiovaskular. Sebab pasien yang memiliki penyakit gagal jantung memiliki angka harapan hidup sekira 50% saja.
Bahkan dalam kasus pasien rawat inap, angka kematiannya bahkan lebih tinggi lagi, yakni 17-20%. Mereka juga memiliki potensi untuk meninggal dunia dalam waktu 30 hari setelah dirawat.
Meski demikian gagal jantung bukanlah akhir dari segalanya. Seseorang bisa menjalani terapi gagal jantung dalam upaya menurunkan angka kematian dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Terapi standar untuk gagal jantung adalah dengan obat-obatan, pemasangan alat di jantung, dan tranplantasi jantung. Namun untuk pemasangan alat dan transplantasi jantung terapi ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
Pemasangan alat pacu jantung terbaru advanceseperti left ventricular assist device (LVAD) dan transplantasi jantung bahkan belum tersedia di Indonesia. Oleh karena itu, obat-obatan baru dikembangkan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pasien gagal jantung.
Penelitian terbaru untuk pengobatan gagal jantung datang dari obat antidiabetes dari golongan SGLT2, yakni Empagliflozin. Profesor dari FK Udayana Bali, Prof. dr. Ketut Suastika mengatakan awalnya SGLT2 ini memang obat antidiabetes.
Baca Juga : Cantiknya Amanda Manopo Pakai Dress Kupu-Kupu, Bang Billy: Baby I Like It
Tetapi dalam perkembangannya, obat ini tidak hanya bermanfaat menurunkan gula darah saja, tetapi ia juga memiliki efek positif lainnya.
“Obat ini bisa membantu mengeluarkan kelebihan garam melalui ginjal, memperbaiki tekanan darah, dan mengurangi kegemukan, dan banyak efek manfaat lain, termasuk menekan peredangan,” terang Prof Ketut, dalam siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (28/9/2020).
Follow Berita Okezone di Google News