Kelembapan yang lebih rendah membantu penyebaran virus secara aerosol dan membuat virus lebih stabil berada di udara. Studi laboratorium dan observasi kasus pasien Covid-19 menunjukkan dampak kelembaban pada virus SARS-CoV-2. Aerosol SARS-CoV-2 yang dihasilkan laboratorium stabil pada kelembaban relatif 53 persen pada suhu kamar, 23 derajat celcius.
Virus tidak banyak berkurang bahkan setelah 16 jam dan lebih kuat daripada MERS dan SARS-CoV. Hasil ini membantu menjelaskan tingkat infektivitas udara yang lebih tinggi. Studi laboratorium tidak serta merta memprediksi bagaimana virus akan berperilaku di dunia nyata.
Penelitian di 17 kota di China dengan lebih dari 50 kasus Covid-19 menemukan hubungan antara peningkatan kelembapan dan penurunan kasus Covid-19. Tim mengukur kelembapan sebagai kelembapan absolut, atau jumlah total air di udara.
Para ahli melaporkan hubungan serupa antara jumlah kasus dan kelembaban di Australia, Spanyol, dan di Timur Tengah. Cara suhu dan kelembaban berinteraksi memberikan pola cuaca yang berbeda, yang ditentukan oleh garis lintang.
Follow Berita Okezone di Google News
(ahl)