Bagaimana hasilnya?
Tim peneliti menemukan bahwa perempuan yang mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari 11 persen lebih kecil kemungkinannya untuk melahirkan prematur (kurang dari 37 minggu). Kelahiran prematur terjadi pada 11,6 persen wanita yang mengonsumsi aspirin dibandingakn dengan 13,1 wanita yang mengonsumso plasebo.
Mengonsumsi aspirin dosis rendah juga mengurangi risiko kelahiran prematur dini (melahirkan di bawah 34 minggu) sebesar 25 persen. Kelahiran prematur dini tersebut terjadi pada 3,3 persen kelompok pengonsumsi aspirin dan 4 persen pada kelompok plasebo.
Peneliti juga menemukan fakta bahwa terapi aspirin menurunkan kematian prenatal atau lahir mati atau kematian bayi baru lahir pada minggu pertama usai dilahirkan. Angkanya 45,7 per 1.000 kasus pada kelompok mengonsumsi aspirin, dan 53,6 per 1.000 kelahiran dengan plasebo.
Para peneliti tidak menemukan perbedaan tingkat preeklamsia atau gangguan tekanan darah lainnya antara kedua kelompok.
"Hasil kami menunjukkan bahwa terapi aspirin dosis rendah pada awal kehamilan dapat memberikan cara mudah dan murah untuk menurunkan angka kelahiran prematur pada ibu yang pertama kali melahirkan," kata penulis studi Dr Marion Koso-Thomas dari NICHD.
Terapi aspirin juga dapat bermanfaat untuk berbagai kelompok wanita hamil dalam berbagai pengaturan klinis. Biayanya yang rendah dan keamanannya yang terbukti, menunjukkan bahwa obat ini dapat segera diadopsi di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan sumber daya medis langka.
Follow Berita Okezone di Google News
(hel)