Wabah virus corona membuat perekonomian masyarakat di Tanah Air terpukul. Sebab diberlakukannya physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat aktivitas ekonomi nyaris terhenti.
Dampak ekonomi akibat pandemi virus corona ini juga dirasakan oleh para guru ngaji, ustadz, dan dai.
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadist Indonesia Ustadz Fauzan Amin mengatakan, nasib guru ngaji, ustadz, dan dai secara ekonomi tidak jauh beda dengan nasib ojol, penjual kelontong, pedagang kaki lima.
"Yang kasihan adalah para guru ngaji, dai, ustadz yang sehari-hari pekerjaannya hanya mengajar, ceramah, dan khutbah. Mereka betul-betul terpukul secara ekonomi. Dan yang begini di DKI sangat banyak," ujar Ustadz Fauzan Amin saat dihubungi Okezone, Selasa (14/4/2020).
Memang, terang Ustadz Fauzan Amin, guru ngaji, ustadz, dan dai adalah orang-orang yang terdidik secara agama. Mereka lebih tawadhu dan minimal lebih malu sebagai dai mengeluh dan protes atau menuntut hak.
"Dalam Islam ada istilah iffah yaitu menjaga kesucian diri dari meminta-minta oleh karena itu meskipun mereka sedang kesulitan mereka tak menampakannya. Itulah akhlak Nabi dan para sahabat yang hampir tidak bisa dibedakan sikapnya antara dalam kondisi sejahtera atau krisis sehingga orang-orang kafir mengira sahabat Nabi kaya-kaya mengingat penampilan saat perang atau keseharian mereka sangat stabil," ujarnya.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Di antara ekonomi sahabat Nabi ada yang sangat miskin. Bahkan Nabi mencontohkan, para sahabat mengganjal perutnya dengan batu saat lapar.
Hal ini dijelaskan dalam QS Al Baqarah Ayat 273,
لِلْفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ أُحْصِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِى ٱلْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ ٱلْجَاهِلُ أَغْنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَٰهُمْ لَا يَسْـَٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Artinya: (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
Baca Juga: Ini Keutamaan Bersedekah di Tengah Wabah Corona
Para guru ngaji, dai, dan ustadz tetap berusaha bersikap tenang meski dalam kesusahan sebab mereka yakin rezeki Allah yang mengatur. "Sebagai dai yang dicontoh umat, mereka lebih menjaga iffah untuk tidak meminta-minta atau ikutan protes berlebihan seperti demo di jalan. Tawakal kepada Allah adalah pilihan utama mereka."
Saat ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah membentuk Satgas COVID-19 di antara yang akan digarap adalah memberikan perhatian bagi para guru ngaji, ustadz, dai yang terdampak secara ekonomi akibat wabah corona. Namun hal ini tidak akan maksimal tanpa bantuan pemerintah yang mempunyai anggaran.
"Apalagi banyak pesantren yang mengratiskan biaya hidup santri, akibat wabah corona, ini menjadi beban tersendiri. Namun tidak mungkin pesantren mengeluarkan para santri seperti perusahaan, sementara tiap hari pesantren harus terus memberi makan santri. Opsinya hanya memulangkan para santri ke rumah masing-masing untuk sementara," jelas Ustadz Fauzan Amin.
Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) Ustadz Ainul Yaqin mengatakan, memang saat orang lain mulai mengeluh dan berteriak akibat himpitan ekonomi di tengah wabah corona, guru ngaji pasti diam. Sebab ini marwah pewarisan perjuangan Nabi, tidak pantas mereka berteriak untuk masalah gaji.
Ketika semua komponen anak bangsa ramai bikin surat terbuka untuk presiden, mulai dari kenaikan gaji, ganti rugi, bantuan sosial, atau apapun, kita bisa menyaksikan dipojok surau atau masjid para guru ngaji tetap diam dan istiqamah mengajar anak didiknya.
Sebenarnya, terang Ustadz Ainul Yaqin, para guru ngaji, ustadz, mubaligh, dai, atau marbot masjid nasibnya pun susah di tengah pandemi virus corona.
Mereka pun ingin beraktivitas seperti biasa. Namun karena mereka patuh kepada sunah Nabi di tengan wabah, mereka diam dan memilih tidak beraktivitas seperti biasanya, dan akibatnya pemasukan pun juga terhenti.
"Tapi guru ngaji, dai, ustadz menyadari bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Mereka juga menyadari, bahwa bukan besar kecilnya nominal yang membuat hidup bahagia, tapi rasa syukur yang akan menjadikan hati diberikan kebahagiaan," ujarnya.
Sebab niat dan tujuan guru ngaji adalah ibadah, menyebarkan ilmu dan ikhtiyar mencerdaskan masyarakat agar mempunyai moral dan ahlaqul karimah serta taat beribadah kepada Robb-nya.
Guru ngaji, ustadz, mubaligh, dai menyadari, bahwa berkeluh kesah pada manusia meski dengan surat terbuka, hanya akan menyisakan putus asa dan rasa kecewa. Maka bagi mereka lebih baik tiap malam mengadu pada yang Maha Menerima keluh kesah tanpa pilih kasih, Allah yang tidak pernah membuat kecewa pada makhluk-Nya.
Follow Berita Okezone di Google News