Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Waspada Kesehatan Mental Bagi Penyintas Covid-19

Antara, Jurnalis · Senin 04 Oktober 2021 14:16 WIB
https: img.okezone.com content 2021 10 04 620 2480995 waspada-kesehatan-mental-bagi-penyintas-covid-19-ZBQUgv7FRe.jpg Ilustrasi (Foto:Medical XPress)
A A A

JAKARTA - Kesehatan tak hanya meliputi masalah fisik, mental juga harus dijaga selama pandemi Covid-19. Pembatasan sosial serta protokol kesehatan yang ketat, membuat sebagian orang menjadi tidak nyaman dan tertekan. Akibatnya, masalah kesehatan mental pun bermunculan mulai dari kecemasan, mudah marah, merasa tidak bahagia dan lainnya.

Mengutip siaran resmi Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) pada Senin (4/10/2021), psikolog Inez Kristanti memaparkan tentang status kesehatan mental di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Sebuah studi dari Iskandarsyah, A. (2020, 29 April) dengan 3.686 responden dari 33 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 72 persen partisipan dilaporkan mengalami kecemasan dan 23 persen partisipan dilaporkan merasa tidak bahagia.

Inez menjelaskan bahwa gejala kecemasan antara lain kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir yang berlebihan, mudah marah dan kesal, serta sulit merasa rileks.

"Sementara itu, gejala depresi yang dilaporkan antara lain masalah tidur, kurangnya kepercayaan diri, kelelahan, dan kehilangan minat," kata Inez.

Baca juga: Waspadai Hustle Culture, Gaya Hidup Gila Kerja yang Ancam Kesehatan Jiwa

Bukan hanya pembatasan sosial yang menyebabkan masalah kesehatan mental. Para penyintas Covid-19 pun merasakan gangguan mental ini, khususnya mereka yang mengalami long Covid.

Dokter spesialis penyakit dalam dari GDTI, Jeffri Aloys Gunawan mengatakan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang memiliki efek jangka panjang. Terdapat literatur yang menyebutkan bahwa setahun setelah terpapar Covid-19, hampir 50 persennya masih merasakan setidaknya satu gejala.

Baca juga: 3 Teknik Relaksasi untuk Hilangkan Cemas Akibat Pandemi Covid-19

Gejala yang dialami penyintas Covid-19 setelah 12 bulan atau lebih bervariasi mulai dari sesak napas, cemas, depresi, lelah, dan capai. Misalnya, olahraga dengan intensitas rendah yang dilakukan hanya sebentar membuat merasa lelah.

Follow Berita Okezone di Google News

Sedangkan 70 persen dari mereka yang 6 bulan telah sembuh dari Covid-19 disebut masih merasakan beberapa gejala.

"Long Covid-19 adalah apabila setelah empat pekan sejak mulai merasakan gejala Covid-19 sampai dinyatakan negatif, masih timbul gejala sisa. Gejala ini dapat berupa sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan," ujar Jeffri.

Lebih lanjut, Jeffri menjelaskan virus corona juga dapat menyebabkan aspek kognitif yang terdiri dari penalaran dan analisis mengalami penurunan. Hal ini akan sangat berdampak pada produktivitas seseorang.

"Kognitif yang terganggu akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, yang ujung-ujungnya berpengaruh pada outcome atau produk domestik bruto (PDB) suatu negara. Performa negara ini terhadap negara-negara lain akan makin tertinggal," kata Jeffri.

Sebuah studi yang dipublikasikan di The Lancet pada April 2021, menemukan bahwa sepertiga pasien Covid-19 telah didiagnosis dengan gejala neurologis atau psikologis, termasuk kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan psikosis, dalam 6 bulan setelah mereka tertular Covid-19.

Baca juga: Jaga Kesehatan Mental saat Pandemi, Yuk Simak Tips dari Psikolog Jennyfer di Live IG

"Paling banyak yang datang ke kami adalah yang mengalami gangguan psikosomatis dan kecemasan," kata Jeff.

Sementara itu, Psikolog Klinis, CEO & Founder Personal Growth dan Sahabat Sentra Vaksinasi Serviam Ratih Ibrahim, yang juga penyintas Covid mengakui bahwa ketakutan, kengerian, paranoid, kecemasan (PTSD) tetap ada sekali pun sudah dinyatakan sembuh.

"Kesehatan mental perlu diperhatikan apabila seseorang mengalami long Covid-19, apalagi karena mereka akan merasakan frustrasi karena gejala penyakit masih dirasakan walaupun mereka sudah dinyatakan sembuh. Dalam perjalanan untuk sembuh dari Long Covid-19, para pasien harus mengerti bahwa ini merupakan sebuah proses," ujar Ratih.

Baca juga: Pernah Ingin Bunuh Diri, Ariel Tatum Gencar Edukasi soal Kesehatan Mental

Ratih pun memberikan beberapa tips untuk membuat kesehatan mental kembali pulih, khususnya bagi para penyintas Covis-19. Hal pertama yang harus dilakukan adalah latihan pernapasan secara teratur.

Terapkan juga olahraga atau latihan fisik yang baik, makan makanan yang bergizi seimbang, mengadopsi kebiasaan gaya hidup yang baik atau sehat serta menerapkan kebiasaan tidur teratur seperti tidur 7-8 jam dan tidak begadang.

Selain itu, ada berbagai teknik relaksasi untuk membantu mengatasi stres, yaitu Shaking Therapy, Ikigai, Butterfly Hug, dan Guided Imagery. Apabila kecemasan mulai menguasai, cobalah terapkan salah satu teknik relaksasi ini sebagai pertolongan pertama.

Seseorang dengan tingkat stres yang tinggi dapat mengalami burnout. Menurut World Health Organization (WHO), fenomena burnout merupakan sindrom akibat stres kronis yang belum berhasil dikelola oleh setiap individu.

Baca juga: Pemprov DKI Tunggu Pemerintah Pusat Terkait Perpanjangan PPKM

Burnout mengurangi produktivitas dan menguras energi sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya, putus asa, lemah, dan cepat marah. Jika seseorang mengalami ini dalam waktu yang lama akan berdampak pada kehidupan sosial terutama pekerjaan, rentan terkena penyakit saluran napas atas.

Oleh karena itu, sangat perlu untuk segera berkonsultasi kepada para ahli jika sudah merasa membutuhkan bantuan. Konsultasi akan membantu menemukan akar penyebab stres dan mendapatkan terapi yang tepat.

Baca juga: Rajin Dandan Bikin Kamu Tetap Waras Selama Pandemi, Ladies!

Konsultasi ke dokter atau psikolog kini sudah mudah untuk dilakukan, terlebih sejak kehadiran layanan telemedisin. Salah satu platform telemedisin yang menyediakan pelayanan konsultasi dengan psikolog adalah Good Doctor sehingga pasien tidak perlu ke luar rumah dan kembali berisiko terkena virus ataupun merasa malu karena berobat ke psikolog.

1
3

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini