Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Stop Stigmatisasi Penderita COVID-19 dan Tenaga Medis

Fahmi Firdaus , Jurnalis · Rabu 01 April 2020 16:56 WIB
https: img.okezone.com content 2020 04 01 620 2192476 stop-stigmatisasi-penderita-covid-19-dan-tenaga-medis-OZZaXvORPQ.jpg Sita, Maria dan Ratri, Pasien Sembuh dari Infeksi Corona
A A A

SEJAK mewabah pertama kali di Wuhan Ibu Kota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019, virus corona (COVID-19) telah menyebar di 201 negara dan 854.608 orang dinyatakan positif terinfeksi. Dari jumlah tersebut, pasien yang sembuh sebanyak 176.908, serta sebanyak 42.043 orang meninggal dunia per 1 April 2020.

Pandemi virus corona ini telah melahirkan stigma atau pandangan negatif di tengah-tengah masyarakat, khususnya bagi orang yang dinyatakan positif wabah penyakit tersebut karena mereka (masyarakat) takut tertular.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak memberikan perlakuan yang buruk terhadap tenaga medis yang merawat pasien corona, karena meraka adalah garis terdepan dalam penanganan wabah ini.

Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta, Rita Rogayah mengungkap ada tenaga medis yang menangani pasien Covid-19 ditolak masyarakat untuk tinggal dikosan dipicu rasa kekhawatiran para tenaga medis tersebut akan menularkan virus corona.

Jumlah korban positif corona

(Baca Juga : Curhatan Para Survivor COVID-19, Virus Corona Tak Seseram yang Dibayangkan)

"Jadi sebetulnya mereka bukan diusir. Tapi mereka tidak nyaman karena ada stigma mereka bekerja di RSUP Persahabatan sebagai rumah sakit infeksi sehingga mereka kalau kembali ke rumah, mereka merasa sepertinya menularkan penyakit COVID-19 dan membawa virus ke rumah," katanya beberapa waktu lalu.

Rita menyebutkan warga menduga bahwa tenaga medis tersebut akan membawa petaka di lingkungannya, hal itulah yang membuat warga mengusirnya. "Lingkungan itu menstigma mereka itu membawa penyakit gitu. Jadi sebetulnya mereka bukan diusir tapi merasa tidaknya nyaman karena lingkungan menganggap mereka bekerja di Rumah Sakit infeksi dan nanti bisa membawa virus saat pulang," ujarnya.

Alat pelindung diri dokter dari corona

(Baca Juga : Benarkah Musim Panas dapat Menghilangkan Wabah Virus Corona?)

Dia menyanyangkan sikap warga yang kurang memahami wabah Virus Corona yang menjangkit di Tanah Air. Oleh karena itu perlu ada edukasi terhadap masyarakat dalam menghadapi virus corona dengan bijak, sehingga tidak ada kepanikan dan stigma negatif terhadap tenaga medis maupun pasien yang sudah dinyatakan sembuh.

(Baca Juga : Cerita Suster yang Tangani Pasien Corona, Tetap Beri ASI Meski Jauh dari Buah Hati)

"Itulah yang mesti kita pahami, berarti kita harus memberikan edukasi yang lebih banyak kepada masyarakat sehingga tidak perlu panik, tapi ikutilah apa yang harus dilakukan. Lebih baik jangan keluar rumah, kita isolasi diri kita masing- masing, kita berada dirumah tidak perlu keluar," tuturnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto meminta masyarakat menjunjung solidaritas untuk menghadapi pandemi global virus corona. Jangan mendiskriminasi dan melabelkan stigma negatif terhadap orang yang terinfeksi COVID-19.

"Kita lindungi yang sakit (akibat corona). Jangan didiskriminasikan, jangan distigmanisasi, tapi lindungi dia agar bisa melaksanakan isolasi dengan baik di rumahnya," kata Yuri dalam jumpa pers secara daring di Gedung BNPB, Minggu (29/3/2020).

Menurutnya, warga yang terinfeksi COVID-19 semestinya dibantu oleh masyarakat lainnya agar ia bisa fokus penyembuhan, bukan justru didiskriminasi bahkan distigma negarif sehingga membuat mereka bertambah drop. "Kemudian untuk yang sehat juga harus dilindungi, jangan sampai sakit. Oleh karena itu mari bersama-sama kita patuhi," imbuhnya.

(Baca Juga : Pasien Corona Pulang Usai Dinyatakan Sembuh, Warga Tak Perlu Takut)

Dirjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini menambahkan, perawatan di rumah sakit diprioritaskan untuk pasien yang terindikasi COVID-19 dan tak bisa melakukan isolasi diri.

Selain itu, layanan rawatan rumah sakit juga diprioritaskan untuk masyarakat yang rentan dan sudah memiliki penyakit bawaan dengan keadaan cukup berat. "Kita tidak punya cara yang lain, perawatan di rumah sakit akan selektif kita lakukan untuk yang memang terindikasi penyakit ini dan tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi diri," kata Yuri.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim membagikan tips agar masyarakat tidak memberikan stigma yang buruk terhadap penderita COVID-19. Seperti diketahui, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dinyatakan positif COVID-19.

(Baca Juga : Bertaruh Nyawa di Tengah Stigma Corona)

Kata Dedie, kondisi Bima Arya semakin membaik karena salah satunya adalah dengan puasa media sosial atau social media distancing. "Alhamdulillah, sejauh ini kondisi beliau (Bima Arya) sehat. Puasa media sosial membuat beliau lebih sehat," ujar Dedie kepada wartawan di Bogor, Selasa 31 Maret 2020.

Dedie melanjutkan, social media distancing dapat membantu meningkatkan imunitas Wali Kota Bogor itu. Sebab media sosial saat ini tengah dibanjiri oleh pemberitaan tentang COVID-19 dan selama penyembuhan Bima menghindari sementara informasi terkait virus membahayakan tersebut.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini