Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Berpuasa di Amerika: Kisah Mahasiswa Indonesia Jalani Ibadah Ramadhan di Masa Pandemi COVID-19

Rahman Asmardika, Jurnalis · Rabu 13 Mei 2020 12:57 WIB
https: img.okezone.com content 2020 05 13 620 2213377 berpuasa-di-amerika-kisah-mahasiswa-indonesia-jalani-ibadah-ramadhan-di-masa-pandemi-covid-19-gWMw8qXlrT.jpg Suasana makan malam bersama komunitas Muslim CIMIC, dan tamu, pada masa Ramadhan sebelum masa pandemi Covid-19. (Foto: Fikriyah Winata)
A A A

SEORANG mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan doktoral di Amerika Serikat (AS) membagi kisah dan pengalamannya menjalani ibadah puasa Ramadhan di Negeri Paman Sam semasa pandemi global virus corona dan apa yang berbeda dari sebelumnya.

Fikriyah Winata yang menjalani pendidikan di University of Illinois at Urbana-Champaign, Illinois, Amerika Serikat (AS) pertama kali menjalankan ibadah puasa di AS pada 2017.

Rentang waktu berpuasa di AS yang jauh lebih lama dari di Indonesia diakui Fikriyah memberikan tantangan tersendiri. Namun, setelah tiga tahun menjalani puasa Ramadhan di AS, dia merasa sudah terbiasa dengan perbedaan itu.

“Bulan Ramadan tahun ini dimulai pada April, di mana suhu udara belum semenyengat seperti pertengahan musim panas. Di tahun ini, pada hari pertama bulan Ramadhan, kami mulai berpuasa sejak pukul 04.39 subuh, dan berbuka pada pukul 19.42 malam,” tulis Fikriyah berbagi kisahnya pada Okezone.

“Di hari terakhir Ramadan nanti, kami akan berpuasa sejak pukul 03.58 subuh, dan berbuka pada pukul 20.10 malam. Kurang lebih kami berpuasa sekitar 15 – 16 jam perhari.”

Bulan Ramadhan tahun ini jatuh di saat pandemi Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona baru, melanda dunia. Hal ini turut berpengaruh pada kegiatan umat Muslim selama Ramadhan, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di AS dan banyak negara lain di dunia.

“Berpuasa di tahun ini tentu saja berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tidak hanya di Amerika dan di Indonesia, tetapi di berbagai negara di belahan dunia lainnya akibat pandemik COVID-19. Namun bagi saya, meskipun berpuasa tahun ini semua ibadah dilakukan di rumah, esensi berpuasa tidaklah berkurang.

Follow Berita Okezone di Google News

Fikriyah juga mengungkapkan bahwa komunitas Muslim di lingkungan tempat tinggalnya aktif menggelar kegiatan keagamaan secara rutin di Bulan Ramadhan melalui daring, begitu juga dengan masjid dan pusat Islam di Illinois, yang menggelar berbagai kegiatan bagi kaum Muslim.

“Misalnya, komunitas Muslim di Urbana-Champaign mempunyai pengajian rutin dua mingguan. Di kala Ramadan, kelompok pengajian wanita menjalankan program One-Day-One-Juz. Kami mengaji bersama online dari rumah masing-masing melalui Facebook Messenger. Sementara masjid di tempat tinggal kami, yaitu CIMIC (Central Illinois Mosque and Islamic Center/Masjid dan Pusat Islam Illinois Tengah) menyediakan Live (siaran langsung) Adzan, CIMIC Nightly Ramadan Talk and Dua, dan Ramadan Friday Khutba (Khutbah Jumat Ramadhan) selama masa pandemik yang dapat kami akses melalui Facebook Fanpage-nya CIMIC,” jelasnya.

Foto: Dokumentasi Pribadi Fikriyah Winata, 2019.

Kegiatan sehari-hari seperti belajar mengajar, pertemuan mingguan dengan pembimbing akademik, diskusi kelompok, ujian, menghadiri seminar, hingga presentasi juga dilakukan Fikriyah secara online dari rumah.

“Kegiatan lain seperti berbelanja kebutuhan sehari-hari (groceries). Groceries biasanya saya lakukan setiap minggu, tetapi sejak diberlakukannya State-At-Home Order pada pertengahan Maret 2020 lalu di negara bagian Illinois, saya hanya pergi groceries setiap tiga minggu sekali”.

State-At-Home Order adalah pembatasan yang diberlakukan pemerintah negara bagian di Amerika Serikat untuk membendung penyebaran virus corona.

Keadaan ini membuat Fikriyah melakukan kegiatan buka puasa dan makan malam di rumah saja.

“Dengan kegemaran memasak yang saya miliki, saya dapat mengaktualisasikannya dengan memasak berbagai menu berbuka puasa. Kolak, es buah, lumpia, bahkan tahu gejrot saya coba. Ramadhan ini saya juga mencoba membuat martabak manis dan berbagai menu lain.”

Perintah tinggal di rumah juga berdampak pada penutupan gym dan pusat olah raga, sehingga Fikriyah beralih melakukan kegiatan dan latihan ringan seperti dengan berjalan-jalan yang dilakukannya untuk menghabiskan waktu sebelum berbuka.

Foto: Denissa Purba, 2020.

“Selama Ramadan ini, sambil ngabuburit saya menekuni ‘Jalan-Jalan Sore (JJS)’ setiap dua hari sekali, saya berjalan kaki sore sekitar 5 – 7 Km di sekitar komplek tempat tinggal atau ke kampus.

Dia juga berusaha tetap produktif di masa pandemi Covid-19 dengan melakukan berbagai aktivitas, termasuk berkebun, yang dilakukannya di lahan berkebun sewaan.

Fikriyah mengatakan, sebelum pandemi terjadi, kegiatan Ramadhannya diisi dengan kegiatan bersama komunitas Muslim di masjid di wilayahnya tempat tinggalnya.

“CIMIC adalah tempat di mana kami selalu berbuka puasa setiap malam. Setelah berbuka puasa, kami shalat magrib berjamaah, dilanjutkan dengan makan malam bersama yang sudah disediakan, baik oleh masjid maupun komunitas muslim dari berbagai negara secara bergantian. Makan malam juga dilengkapi dengan dessert (makanan penutup) yang beragam tergantung siapa yang sign-up (bersedia) untuk menyediakannya.”

“Menariknya, ada malam di mana Chancellor (setingkat Rektor Universitas) kampus University of Illinois at Urbana-Champaign mensponsori buka puasa dan makan malam di mana istri Chancellor membantu menyajikan makan malam di antrean wanita. Ini adalah pengalaman yang sangat menarik bagi saya, karena melihat langsung Ibu Chancellor menyajikan makan malam untuk komunitas Muslim di Urbana-Champaign,” ujarnya.

Pengalaman lain yang juga mengesankan baginya adalah kunjungan dari berbagai komunitas gereja selama Ramadhan, yang menunjukkan bahwa toleransi beragama di Amerika Serikat dijunjung tinggi. Selama kunjungan itu, masyarakat non-Muslim dapat merasakan pengalaman berbuka puasa dan melihat masyarakat Muslim beribadah di CIMIC.

“Tahun lalu kami menyiapkan buka puasa dan makan malam untuk 300 orang. Secara bergotong royong menyiapkan menu berbuka puasa dan makan malam. Kami membagi berbagai menu dan memasaknya di rumah kami masing-masing lalu dibawa ke CIMIC. Kami berkolaborasi dengan Komunitas Muslim Malaysia, tidak hanya untuk memasak tetapi juga men-serve (menyajikan) makanan di masjid,” kenangnya.

Suasana makan malam bersama komunitas Muslim (termasuk dengan tamu) saat Ramadhan sebelum masa pandemik. (Foto: Fikriyah Winata)

Bagi Fikriyah, kegiatan buka bersama itu sekaligus menjadi kesempatannya melakukan “wisata kuliner”, mencicipi masakan dari berbagai negara seperti Mesir, Iran, Bangladesh, Pakistan, India, dan lainnya.

“Masakan Indonesia selalu menjadi yang ditunggu-tunggu oleh beberapa orang yang sudah mengerti jadwal dan kegiatan Ramadhan di masjid.”

“Kebersamaan dalam keragaman di CIMIC saat Ramadhan memberikan kesan yang mendalam, seperti perpaduan beribadah di bulan Ramadhan dan memperbanyak silaturahim dengan masyarakat Muslim dari berbagai belahan dunia.”

- Fikriyah Winata.

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini