Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Alasan PCR Lebih Akurat daripada Rapid Test Covid-19

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Kamis 10 September 2020 12:16 WIB
https: img.okezone.com content 2020 09 10 620 2275499 alasan-pcr-lebih-akurat-daripada-rapid-test-covid-19-P6bT5nZBJQ.jpg Ilustrasi (Foto : Medicalnewstoday)
A A A

Dalam penmeriksaan Covid-19, ada dua metode yang digunakan Indonesia yaitu PCR Test dan Rapid Test (Rapid dan Serologi). Kedua tes ini memiliki karakteristiknya sendiri dan itu yang membuat dua tes ini digunakan pada situasi khusus.

Ya, Rapid Test sejauh ini digunakan untuk skrining Covid-19 di tengah masyarakat, sedangkan PCR Test digunakan untuk menegakkan diagnosis. Dilihat dari hasilnya, PCR Test dinilai lebih akurat dibandingkan Rapid Test.

"PCR Test itu digunakan untuk mendeteksi RNA virus SARS-CoV2 di dalam tubuh. Jadi, tepat ke sasarannya. Sedangkan Rapid hanya melihat keberadaan antigen dan antibodi," terang Dokter Spesialis Paru Primaya Hospital Karawang dr Nurhayati, SpP, Kamis (10/9/2020).

PCR

Dilihat dari pemeriksaannya, untuk PCR Test, tenaga kesehatan akan mengambil sampel uji dari saluran nasofaring dan orofaring dengan menggunakan alat seperti lidi khusus. Pengambilan sampel itu yang disebut dengan swab.

Baca Juga : Pesona Nora Alexandra, Istri Jerinx SID yang Cantik

Sementara itu, Rapid Test dilakukan dengan mengambil sejumlah darah yang kemudian dicek di suatu alat. Tidak dilakukan di laboratorium seperti pemeriksaan PCR Test.

Kekurangan Rapid Test pun terdapat dikeakurasiannya. Ya, berdasarkan temuannya di lapangan, dr Nurhayati kerap mendapati pasien tanpa gejala menunjukkan hasil Rapid Test non-reactif, padahal bisa saja di dalam tubuhnya ada virus coronanya.

"Jadi, kalau tubuh tidak menunjukkan gejala, biasanya saat melakukan pemeriksaan Rapid Test, hasilnya akan non-reactif. Padahal, itu hasil yang kesalahannya sangat tinggi," terangnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Jadi, meski hasil Rapid Test-nya itu non-reaktif, dokter tetap akan merekomendasikan pasien menjalani PCR Test jika gejala klinis yang mengarah ke Covid-19 ditemukan. "Nah, kasus begini banyak yang ternyata pas PCR Test, hasilnya positif," sambungnya.

Tapi, di beberapa kasus, mereka yang hasil Rapid Test-nya reaktif misalnya, saat dilakukan PCR Test, ada juga yang hasilnya malah negatif Covid-19. "Jadi, bisa dibilang kalau Rapid Test itu false negative dan false positive-nya tinggi," tambah dr Nurhayati.

Rapid Test

Mereka yang menjalani Rapid Test pun disarankan untuk tes lagi setelah 10 hari di hari pemeriksaan. Ini pun ada alasannya, bukan semata-mata perintah medis.

"Jadi, kenapa kami minta tes lagi 10 hari setelahnya, ini karena ditakutkan ketika diperiksa, tubuh pasien belum terdeteksi virusnya, jadi belum timbul gejala. Makanya, hasil Rapid Test itu tinggi banget kesalahan hasilnya," pungkas dr Nurhayati.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini