Memperingati Hari AIDS Sedunia tidak pernah lepas dari sosok Putri Diana. Sepanjang waktunya menjadi Princess of Wales, Putri Diana dikenang selama bertahun-tahun mengadvokasi orang dengan HIV dan AIDS.
Advokasi ini bahkan terjadi saat dunia menganggap penderita HIV/AIDS adalah sesuatu yang hina, hingga jabat tangan saja dilarang. Namun, Putri Diana menentang hal tersebut.
Ya, sepanjang 1980-an dan 1990-an, Putri Diana menggunakan platformnya untuk memecahkan mitos yang berkembang mengenai penderita HIV/AIDS, pun menghabiskan waktu bersama orang-orang yang terinfeksi virus di seluruh dunia.
"Menurut kami, Putri Diana adalah duta utama untuk kesadaran AIDS di planet ini dan tidak ada yang mampu menggantikannya," kata Gavin Hart dari National AIDS Trust pada BBC, dikutip dari Oprahmag.
Baca Juga : Hari AIDS Sedunia, Penanggulangan HIV di Indonesia Masih Rendah
Momentum edukasi terbesar Putri Diana tentang HIV/AIDS
Pada 1987, Putri Diana melakukan hal yang dianggap dunia mungkin sesuatu yang tidak mungkin. Ya, dia menjabat tangan pasien HIV/AIDS. Kejadian tersebut terjadi pada 9 April 1987 saat Rumah Sakit Middlesex London mengundang Putri Diana untuk membuka Bangsal Broderip, bangsal khusus pertama untuk penderita AIDS dan penyakit terkait HIV.
Meskipun AIDS telah menjadi krisis kesehatan yang berkembang sejak kasus pertama kali dilaporkan pada 1981, hingga sekitar 1987 AIDS hampir tidak diberikan haknya dalam hal penelitian, pendidikan, dan pengujian yang memadai. Hal ini karena penyakit tersebut memengaruhi pria gay secara tidak proporsional. Stigma homofobik seputar HIV dan AIDS pun berkembang dan penyakit ini dibiarkan penyebarannya begitu saja.
Di situasi tersebut, Putri Diana malah menjabat tangan 10 pasien HIV/AIDS tanpa sarung tangan dan karena kejadian itu, Putri Diana dianggap sebagai sosok yang paling berpengaruh di dunia dalam hal mengadvokasi pasien HIV/AIDS.
John O'Reilly, perawat di bangsal AIDS Rumah Sakit Middlesex, mengatakan pada BBC pada 2017 bahwa stigma itu begitu parah saat momentum bersejarah Putri Diana tersebut. Sampai ada momen Putri Diana ditanya mengenai sinar X di dada.
"Saya pelindung Yayasan Jantung dan Paru Inggris, tentu saja saya tahu apa itu sinar-X," kata Putri Diana saat dianggap tidak mengetahui adanya bahaya dari apa yang sudah dia lakukan. Stigma yang begitu besar pun memengaruhi para penghuni bangsal untuk tidak mau difoto. Namun, ada satu pria, ia bernama Ivan Cohen, yang akhirnya mau difoto dan hasil jepretan tersebut menjadi sejarah sekarang.
"Ya, Putri Diana datang tanpa sarung tangan, dia mengunjungi pasien kami dan mau menjabat tangan mereka. Itu sangat mengharukan," kata O'Reilly mengenang momen tersebut.
Perjuangan Putri Diana terus Berlanjut
Tidak berhenti di akhir 1980-an, Putri Diana terus menyebarkan edukasi mengenai HIV/AIDS hingga 1990-an. Salah satu momen yang cukup dikenang adalah saat Putri Diana mendukung berbagai badan amal AIDS Internasional, melalui penampilan dan kunjungan ke fasilitas di seluruh dunia.
Salah satunya ialah kunjungan Putri Diana ke unit AIDS Rumah Sakit Harlem selama tiga hari. Putri Diana pun pernah memberikan pidato di Konferensi Anak-Anak dan AIDS pada 1991. Di situ dia mendorong orang-orang untuk berjabat tangan dan berpelukan kepada penderita HIV/AIDS.
"Surga tahu mereka membutuhkannya. Menjadi luar biasa ketika Anda dapat berbagi rumah, tempat kerja, taman bermain, dan mainan pada mereka," kata Putri Diana.
Tidak hanya itu, Putri Diana pun di momen tersebut membahas fakta bahwa bagi banyak populasi yang terkena dampak, AIDS adalah pukulan terakhir dalam beban berat diskriminasi dan kemalangan.
Pada tahun yang sama, Putri Diana mengunjungi pasien rumah sakit AIDS di Toronto, Kanada, dan di Rio de Janiero, Brasil. Perjalanan selanjutnya juga termasuk singgah di asrama Sao Paulo untuk anak-anak terlantar, termasuk anak-anak dengan HIV positif atau penderita AIDS. Di momen tersebut, Putri Diana tak ragu memeluk mereka.
Follow Berita Okezone di Google News