Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Linda Gumelar: Pemahaman Masyarakat tentang Kanker Masih Minim

Selasa 06 Juli 2021 09:37 WIB
https: img.okezone.com content 2021 07 06 620 2436132 linda-gumelar-pemahaman-masyarakat-tentang-kanker-masih-minim-j1v4ZFhXgp.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

PENGETAHUAN masyarakat tentang bahaya penyakit kanker payudara hingga kini masih minim. Indonesia perlu belajar dari negara lain agar penanganan kanker payudara menjadi optimal.

Kanker payudara bahkan menjadi permasalahan global yang butuh perhatian masyarakat. Penyakit ini perlu dicegah dengan deteksi dini dan menjaga gaya hidup.

Mengacu data Globocan di 2020, ada 44,2 per 100.000 kasus baru per tahun. Di Indonesia, dari 260 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 65.800 kasus kanker payudara.

Baca Juga: PPKM Darurat, Wamenkes Pastikan Pasokan Tabung Oksigen di RS Masih Cukup

Data Perhimpuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) juga menemukan, dari 10.000 kasus kanker payudara, 70 persen adalah stadium 3 dan 4. Perlu ada kebijakan tentang pencegahan, deteksi dini, pengobatan kanker payudara.

 kanker

Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengatakan, masalah yang dihadapi hampir semua komunitas kanker payudara di ASEAN, sebenarnya hampir sama.

"Pemahaman tentang penyakit kanker yang minim, kesadaran deteksi dini yang rendah, menunda terapi, akses ke fasilitas kesehatan terbatas, hingga kebijakan pemerintah yang masih harus terus ditingkatkan dalam penanganan pasien kanker,” ujar Linda lewat keterangan resmi.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Meskipun persoalan yang dihadapi sama, kata Linda, terkadang penyelesaiannya berbeda. Menurutnya, masyarakat Indonesia perlu banyak belajar dari berbagai komunitas di negara lain.

"Di Philipina misalnya, komunitas kanker payudara di sana berhasil memasukkan persetujuan dari parlemen bahwa pelayanan kanker payudara menjadi prioritas pemerintah,” ucapnya.

Tahun ini menjadi momen yang tepat untuk Indonesia yang belajar menangani kanker payudara dari negara lain. Indonesia ditunjuk jadi tuan rumah The Southeast Asia Breast Cancer Symposium ke-5 (SEABCS

2021).

Forum ini menjadi tempat berkumpulnya para tenaga medis profesional di bidang kanker payudara, komunitas-komunitas kanker payudara, pasien, penyintas, bidan, tenaga kesehatan, dan wakil pemerintah. Acara dihelat 2 hari yaitu 31 Juli 2021- 1 Agustus 2021, temanya “Putting Patients to the Hearts of Cancers Control,” atau menempatkan pasien sebagai yang utama dalam penanganan kanker.

Diungkapkan Ketua PERABOI, dr. Walta Gautama, Sp.B (K) Onk, selama 35 tahun terakhir, belum ada kemajuan yang signifikan dalam upaya menekan kejadian kanker payudara stadium 3 dan 4 di Tanah Air. Masalahnya masih sama, yaitu belum ada regulasi standar untuk alur rujukan kasus terduga kanker payudara dari fasilitas kesehatan primer ke fasilitas sekunder dan tersier.

"Padahal untuk kemajuan terapi kanker payudara, Indonesia tidak kalah bahkan unggul dibandingkan negara lain,” jelas dr. Walta.

Ketika pasien merasa ada benjolan, untuk berani datang ke fasilitas kesehatan butuh waktu 1-3 bulan. Sampai ditangani dengan benar butuh waktu 9-15 bulan.

"Jadi walau kita menekankan pentingnya deteksi dini, kalau penatalaksanaan tidak diperbaiki maka hasilnya akan sama saja. Sebab penanganan kanker harus benar dari awal sampai akhir,” tutupnya.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini