Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Waspada, Obesitas Sebabkan Seseorang Berisiko Tinggi Terinfeksi Covid-19

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Senin 19 Juli 2021 12:24 WIB
https: img.okezone.com content 2021 07 19 620 2442803 waspada-obesitas-sebabkan-seseorang-berisiko-tinggi-terinfeksi-covid-19-4Lr3iP4IPW.jpg Ilustrasi (Foto : Timesofindia)
A A A

HAMPIR setiap orang berisiko terinfeksi Covid-19. Namun, pakar kesehatan mengingatkan, orang yang mengalami obesitas lebih rentan terpapar Covid-19.

Seperti halnya Lansia, orang obesitas disebut pakar kesehatan memiliki kondisi tubuh yang lemah dalam melawan serangan virus, bahkan tak hanya Covid-19. Selain itu, obesitas juga dapat memperburuk perubahan imunologi, termasuk pada usia muda yang mengalami kondisi ini.

"Obesitas mempercepat proses rusaknya kekebalan tubuh karena peradangan," kata Kenneth Walsh, seorang profesor biokimia dan genetika molekuler di Fakultas Kedokteran Universitas Virginia, dikutip dari Scientific American, Senin (19/7/2021).

Obesitas

Dalam tubuh yang sehat, jaringan adiposa berperan positif dan berfungsi sebagai penyimpan energi pada saat terjadi kelangkaan pangan. Jaringan lemak juga penuh dengan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Pada orang yang sehat, mereka mengeluarkan faktor anti-inflamasi dan protektif, tetapi mereka yang obesitas kebalikannya.

"Jika jaringan lemak menjadi tidak sehat seperti yang dialami orang obesitas, itu menjadi disfungsional atau tidak berfungsi dan malah mengeluarkan hormon atau sinyal kimia lain yang memicu peradangan kronis tingkat rendah," terang Walsh.

Baca Juga : 6,4 Juta Warga DKI Jakarta Telah Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Pertama

Peradangan kronis yang terjadi pada orang obesitas meningkatkan risiko sejumlah masalah termasuk penyakit autoimun, kanker tertentu, penyakit jantung, pankreas, masalah paru-paru, dan sistem reproduksi.

"Ini mungkin juga alasan mengapa indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk dari penyakit menular termasuk Covid-19," tambah Walsh.

Baca Juga : Seksinya Pamela Safitri Pakai Bikini Hitam, Pose 'Terdamparnya' Bikin Salfok!

Diterangkan di sana, para peneliti sampai saat ini masih mencari tahu mekanisme terjadinya peradangan pada orang obesitas. Satu hipotesis yang banyak dipakai adalah bahwa ketika sel-sel lemak menjadi kelebihan nutrisi, stres antarsel yang dihasilkan dapat memicu 'kaskade inflamasi'.

"Jadi, orang obesitas menyimpan banyak zat dalam sel lemak, tetapi mereka juga mulai melepaskan lebih banyak dari biasanya saat mereka tumbuh," kata Andrew Greenberg, direktur laboratorium obesitas di Jean Mayer, Pusat Penelitian Nutrisi Manusia USDA di Universitas Tufts.

"Zat buruk yang dilepas orang obesitas beredar ke dalam darah dan mengikat sel-sel kekebalan di hati dan otot. Dan ini mengarah pada pelepasan faktor inflamasi," sambungnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Namun, ada kemungkinan lain yang dipakai peneliti dalam menyikapi masalah ini, yaitu ketika jaringan lemak menumpuk, itu menjadi hipoksia atau kekurangan oksigen. Ini pun menjadi faktor yang dapat mengaktifkan jalur inflamasi dalam tubuh.

Walsh pun berpendapat bahwa ketika sel-sel lemak yang membesar mulai mati, tubuh mengalami kesulitan membersihkan diri dari jaringan ini. Kondisi tersebut berkontribusi pada banyak toksisitas dan memicu kaskade di mana segala macam hal buruk dapat terjadi.

Obesitas

Lebih lanjut, pola makan yang buruk juga dikatakan dapat meningkatkan peradangan. Menurut makalah yang diterbitkan pada 2019 di jurnal Nutrients, diet Barat yang tinggi gula dan lemak jahat dan rendah karbohidrat kompleks, serat, dan mikronutrien sehat, dengan sendirinya merupakan faktor risiko 'metaflammation' atau peradangan metabolik kronis, terutama mereka yang obesitas.

"Pola makan yang buruk mengubah komposisi mikrobioma usus, mendorong produksi racun mikroba termasuk lipopolisakarida (LPS). Obesitas dapat meningkatkan permeabilitas usus terhadap racun tersebut yang juga dikenal sebagai kebocoran usus dan ini memungkinkan pelepasan ke dalam darah," terang laporan tersebut.

"Ketika tubuh merasakan LPS ekstra, itu menginduksi respons inflamasi dari sel-sel kekebalan," tambah laporannya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini