Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Beratnya Bikin Skripsi di Tengah Pandemi, Mahasiswi: Harus Bisa Lawan Rasa Malas dan Bosan di Rumah Aja!

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Minggu 07 Juni 2020 11:55 WIB
https: img.okezone.com content 2020 06 07 620 2225794 beratnya-bikin-skripsi-di-tengah-pandemi-mahasiswi-harus-bisa-lawan-rasa-malas-dan-bosan-di-rumah-aja-KanZgp4ycS.jpg Ilustrasi (Foto : Freepik)
A A A

Pandemi Covid-19 melahirkan perubahan perilaku. Saat ini, kita semua diimbau untuk lebih banyak beraktivitas di rumah saja. Siapa yang pernah menyangka, warga di seluruh dunia mesti menjalani hal seperti ini?

Salah satu yang merasa terdampak dengan kondisi ini adalah para mahasiswa- mahasiswi yang sedang menyelesaikan skripsinya.

Ya, Metha (bukan nama sebenarnya) mengaku alami kesulitan cukup berarti dalam menyelesaikan skripsi di rumah saja. Baginya, kondisi sekarang memberi beban tambahan cukup berarti, terlebih ia termasuk anak yang jarang betah di rumah.

"Saya termasuk orang yang nggak bisa di rumah aja. Jadi, saat mengerjakan skripsi di rumah aja, itu berasa dapat beban tambahan yang harus dihadapi," paparnya saat dihubungi Okezone, Jumat (5/6/2020).

Metha melanjutkan, pengerjaan skripsi sebenarnya sudah dimulai sebelum pandemi Covid-19 muncul, tepatnya pada Januari 2020. Sampai akhirnya 'kuliah di rumah aja' diberlakukan dan problem baru pun muncul. "Perasaan aku kayak roller coaster, campur aduk deh semuanya," ungkapnya.

Belajar Online

Ia sama sekali tidak bisa kuliah di rumah saja, apalagi sambil mengerjakan skripsi. Dulu, sebelum ada Covid-19, jika mulai bosan bikin skripsi di rumah, maka Metha bisa ajak beberapa temannya untuk kumpul berdiskusi sembari nongkrong di Cafe. Namun sejak pandemi Covid-19 merebak dan PSBB diberlakukan, acara kumpul-kumpul diskusi bareng teman pun tak bisa lagi dilakukan. Sementara, cafe juga dilarang buka.

“Awalnya, saya kesal banget! Dan pengin mengabaikan saja imbauan jaga jarak dan protokol kesehatan lainnya. Tapi, saya akhirnya sadar sikap seperti itu malah membahayakan diri sendiri dan keluarga yang saya sayangi.”

(Baca Juga : Curahan Hati Mama Muda Ogah ke Mal, Kangen Liburan ke Pantai)

Untunglah, Metha akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri untuk menyelesaikan skripsi di tengah kondisi pandemi Covid-19 dan harus di rumah aja.

"Pendekatan skripsi saya kualitatif sehingga seharusnya diperkaya dengan interview mendalam atau diskusi dengan beberapa narasumber secara langsung atau tatap muka. Namun gara-gara Covid-19, hal itu nggak bisa dilakukan. Hambatan semacam itulah yang membuat saya sempat putus asa dan malas menyelesaikan skripsi,” keluh Metha, mahasiswi psikologi salah satu perguruan tinggi di Jakarta itu.

Follow Berita Okezone di Google News

Tapi, berdamai dengan diri sendiri adalah kunci menyelesaikan masalah yang berasal dari dalam diri. Maka, awal Maret 2020, Metha mengaku mulai bisa berdamai dengan semua hal. Ia pun yakin bisa menyelesaikan skripsinya.

Akhirnya, jadwal sidang proposal pun keluar pada awal Mei 2020. Menuju momen ini Metha mengaku sangat kesulitan. "Aku memaksa diri agar bisa selesaikan Bab 1 sampai Bab 3. Skripsi saya membahas kesejahteraan psikologis pada remaja pasca perceraian. Ketiga bab tersebut akhirnya selesai dalam waktu satu minggu," terangnya.

Lalu, sidang proposal tiba, tepatnya pada 13 Mei 2020. Sidang tersebut dilakukan secara virtual lewat Zoom Meeting. "Awalnya, saya mengira bakal sangat berat. Saya sempat stres juga menjelang sidang, sampai nggak bisa tidur. Terlebih terjadi saat Ramadhan. Tapi, pas dijalani, ya, Alhamdulillah lancar," ceritanya.

Problem selanjutnya wawancara narasumber skripsi. Metha menggunakan dua narasumber untuk skripsinya.

Kekuatan penelitian kualitatif ada pada hasil observasi data. Hal ini didapat salah satunya dengan mengolah hasil wawancara. Metha sempat bingung cara melakukan wawancara kualitatif di tengah pandemi.

Pihak kampus pun menyarankan melakukan wawancara lewat beberapa metode, call record, zoom meeting, atau email. Tapi, untungnya kedua narasumber Metha, sepakat untuk wawancara langsung.

"Ini juga jadi beban aku untuk menjelaskan ke pihak kampus nantinya. Meyakinkan mereka bahwa keputusan itu bukan hasil tekanan, tapi memang kemauan kedua narasumber," tambahnya.

(Baca Juga : New Normal, Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo: Bangun Kepercayaan Kunci Pemulihan Pariwisata)

Metha berhasil wawancara dengan satu narasumber. Hasil wawancara tinggal diolah. "Tapi males banget mengolahnya. Padahal sebaiknya segera diolah supaya mengurangi beban pekerjaan," keluhnya. Satu narasumber lain masih mencari waktu yang tepat untuk diwawancarai.

Belajar Online

Selain itu, rasa malas jadi salah satu problem yang sepertinya selalu datang di proses pengerjaan skripsi di tengah pandemi Covid-19. Masalah tersebut membuat Metha kerap merasa tidak ingin menyelesaikan skripsinya.

"Menurut saya menyelesaikan skripsi di tengah pandemi itu masalahnya bukan ada di proses penulisannya, tapi ada di diri sendiri. Saya harus mengalahkan rasa malas, ego, dan sikap orang rumah yang kadang mengganggu," paparnya.

Terlepas dari itu semua, Metha coba menyampaikan pesan kepada “pejuang skripsi” di tengah pandemi Covid-19.

"Yakinkan dirimu bahwa kamu bisa menyelesaikan skripsi. Kita sama-sama harus berjuang menyelesaikan skripsi, sekarang tergantung ke diri sendiri, mau berjuang atau tidak? Pandemi Covid-19 ini sudah jalan Tuhan. Tapi, kita juga harus evaluasi, sudah seberapa besar usaha kita menyelesaikan skripsi ini," ujar Metha berbagi semangat untuk Okezoners yang sedang berjuang selesaikan skripsi.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini