JAKARTA - Rupiah di penghujung pekan ini jatuh tersungkur. Rupiah tidak berdaya lantaran wabah virus berukuran 0,125 mikrometer, yang telah membuat investor panik.
Investor global maupun lokal langsung mencairkan portofolio mereka karena situasi dunia dan ekonomi penuh dengan ketidakpastian.
Walhasil kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) pada Jumat (20/3/2020) pagi menunjukan angka yang mengejutkan. Rupiah tersungkur di posisi Rp16.273 per USD.
Baca Juga : Ada Virus Corona, Presiden Jokowi Minta APBN dan APBD Dirombak
Di pasar spot antar bank, Rupiah diperdagangkan bervarian. Sebut saja Bank Mandiri dan Bank BCA, memasang banderol nilai tukar Rupiah di rentang yang lebar, yakni Rp16.300-Rp16.645 per USD.
Berikut ini rincian nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika di pasar spot antar bank :
Bank BCA: Kurs beli Rp15.971 per USD, kurs jual Rp16.421 per USD
Bank Mandiri : Kurs beli Rp15.700 per USD, kurs jual Rp16.500 per USD
Bank BNI : Kurs beli Rp15.850 per USD, kurs jual Rp16.450 per USD
Bank BRI : Kurs beli Rp16.055 per USD, kurs jual Rp16.645 per USD
Bank CIMB Niaga: Kurs beli Rp16.190 per USD, kurs jual Rp16.300 per USD.
Sebenarnya Apa yang Terjadi?
Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rupiah mengalami tekanan yang hebat sejak Februari.
Penyesuaian aliran masuk modal asing atau capital inflow di pasar keuangan domestik pasca meluasnya virus korona atau covid-19 menekan nilai tukar Rupiah sejak pertengahan Februari 2020.
Baca Juga : Presiden Jokowi ke OJK: Berilah Keringanan ke UMKM Agar Tidak Ada PHK
“Berkurangnya aliran masuk modal asing akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, telah memberikan tekanan kepada nilai tukar Rupiah, yang melemah sejak pertengahan Februari 2020,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi, Kamis (19/3/2020).
Hingga 18 Maret 2020, Rupiah secara rerata melemah 5,18% dibandingkan dengan rerata level Februari 2020, dan secara point to point harian melemah sebesar 5,72%.
“Dengan perkembangan ini, Rupiah dibandingkan dengan level akhir 2019 terdepresiasi sekitar 8,77%, seiring dengan pelemahan mata uang negara berkembang lainnya,” jelas dia.
Dia melanjutkan, pihaknya terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Untuk itu, BI terus meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.
“Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas,” sebut dia.
Rupiah Terabas Rp16.200/USD, Terburuk Sepanjang 2020. Berikut ini rinciannya
Follow Berita Okezone di Google News