Kuman ada di sekitar kita, baik di lingkungan maupun di tubuh. Ketika seseorang rentan dan tubuhnya terkontaminasi kuman, maka penyakit tertentu akan muncul. Efek buruknya adalah kematian.
Secara alami, tubuh memiliki perisai menangkal kuman penyebab penyakit, misalnya saja kulit, lendir, dan silia (rambut mikroskopis yang memindahkan kotoran dari paru-paru). Tapi, ketika patogen itu berhasil menginfeksi, maka yang bekerja kemudian adalah sistem kekebalan.
Namun, ada beberapa kondisi yang membuat kekebalan tubuh tidak bisa melawan patogen penyakit, misalnya saja virus yang sebelumnya belum dikenali. Pada kasus Covid-19 misalnya, karena ini penyakit baru, maka kekebalan tubuh tidak mengenali virus SARS-CoV2 penyebab penyakit tersebut dan itu kenapa kasusnya masih terus bertambah sampai sekarang.
Karena itu, pemanfaatan vaksin menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan pandemi ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa vaksin itu mengandung bagian yang lemah atau tidak aktif dari organisme tertentu yang memicu respons kekebalan di dalam tubuh.
Meski vaksin mengandung organisme penyebab penyakit (dilemahkan), vaksin tidak akan menyebabkan penyakit pada orang yang disuntikan. Malah, vaksin akan mendorong sistem kekebalan untuk merespons tubuh untuk mengenali organisme tersebut sehingga penyakit yang dibawa organisme itu bisa dihalau untuk terjadi.
Lebih lanjut, beberapa vaksin memerlukan banyak dosis, dengan intensitas pemberian dalam beberapa minggu atau bulan. Ini terkadang diperlukan agar memungkinkan produksi antibodi berumur panjang dan pengembangan sel memori berjalan baik.
Dengan begitu, tubuh dilatih untuk melawan organisme penyebab penyakit tertentu, membangun memori patogen, sehingga dapat dengan cepat melawannya.
Baca juga: Atasi Kacamata Berembun saat Pakai Masker, Lakukan 4 Hal Ini
Follow Berita Okezone di Google News