SUMBATAN di pembuluh darah koroner biasanya terjadi kita seseorang bermasalah dengan kolesterolnya. Sumbatan ini pun sangat berbahaya bagi kesehatan, karena bisa menyebabkan kematian mendadak akibat jantung koroner.
Biasanya, mereka yang mengalami sumabtan ini disarankan untuk menjalani pemasangan balon dan stent. Diharapkan, dengan metode ini maka aliran darah ke jantung bisa kembali normal.
Tapi, pada kenyataannya terapi balon dan stent saja tidak cukup pada kondisi tertentu, seperti sumbatan yang sudah tidak bisa terbuka meski sudah pakai balon dan stent. Kalau sudah begini, dokter akan menyarankan pasien menjalani tindakan lain agar memastikan pengikisan pada sumbatan dapat terjadi.
"Tindakan yang kami sarankan jika balon dan stent tidak bisa membuka sumbatan di pembuluh darah koroner adalah Rotational Atherectomy yang mana terapi ini menggunakan Rotablator," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Achmad Sunarya Soerianata, Sp.JP(K), dalam keterangan resmi yang diterima MNC Portal.
Terapi dengan Rotablator ini, sambungnya, disarankan untuk pasien dengan jenis sumbatan yang tidak lagi bisa dikikis dengan teknik konvensional (balon dan stent).
Ada indikasi tertentu tindakan dengan Rotablator dilakukan. Misalnya, sumbatan mengeras akibat mengalami kalsifikasi, sumbatan yang panjang, sumbatan kaku, sumbatan terletak pada lokasi percabangan besar, dan apabila sumbatan bersifat total kronik.
"Jadi, terapi dengan Rotablator dilakukan dengan mengikis sumbatan di pembuluh darah koroner, kemudian baru dimasukkan stent untuk membuka dan mengembalikan aliran darah normal ke jantung," tambah dr Achmad Sunarya.
Lebih lanjut, karena masalah sumbatan di pembuluh darah koroner harus dilakukan dengan sangat detail, diperlukan diagnosa dan terapi yang tepat. Karena itu, skrining dengan Ultrasonografi Intravaskular (IVUS) diperlukan.
"IVUS dapat digunakan untuk melihat gambaran bagian dalam pembuluh darah. IVUS digunakan bersamaan dengan prosedur kateterisasi untuk membantu mendiagnosa penyakit jantung koroner," kata Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Achmad Faisal, Sp.BTKV.
Follow Berita Okezone di Google News