Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Benarkah Pasien COVID-19 yang Sudah Sembuh Tidak Akan Terinfeksi Kembali?

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Rabu 15 April 2020 15:45 WIB
https: img.okezone.com content 2020 04 15 620 2199607 benarkah-pasien-covid-19-yang-sudah-sembuh-tidak-akan-terinfeksi-kembali-20VUe5YxwQ.JPG
A A A

Jumlah pasien sembuh COVID-19 di Indonesia terus bertambah dari 380 menjadi 426 orang per Selasa 14 April 2020. Sedangkan berdasarkan data Worldometers, total pasien COVID-19 yang berhasil sembuh di dunia berjumlah 459.015 orang.

Pertanyaannya, apakah pasien yang sembuh bisa kembali terinfeksi COVID-19?

Sebelumnya perlu diketahui, ketika tubuh Anda diserang oleh virus, bakteri atau patogen berbahaya lainnya, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan. Antibodi tersebut kemudian dapat memberikan kekebalan untuk mencegah kembali terinfeksi.

Bagaimana dengan COVID-19, setelah sembuh bisakah tertular kembali? Profesor Kesehatan Masyarakat di University of California, John Swartzberg mengatakan, antibodi yang diproduksi untuk melawan COVID-19 akan mencegah infeksi kedua, setidaknya untuk sementara.

Pasien terinfeksi corona

(Baca Juga : Kapan Pandemi Virus Corona Berakhir? Ini Jawaban Para Pakar Penyakit Menular)

"Ada setiap alasan untuk berpikir antibodi yang dihasilkan tubuh terhadap COVID-19 akan melindungi. Itu berdasarkan pengalaman kami dengan virus corona lain, tetapi tidak semua," kata Swartzberg kepada Business Insider.

Laporan 14 Maret 2020 menunjukkan, monyet yang pulih dari paparan COVID-19 tidak mengembangkan infeksi kedua ketika terpapar kembali. Seperti kita ketahui, kebanyakan manusia yang selamat dari COVID-19 mengembangkan antibodi khusus untuk penyakit ini.

"Itu pertanda baik bahwa kita kemungkinan memiliki setidaknya kekebalan sementara setelah terinfeksi. Yang belum kita ketahui adalah berapa lama kekebalan itu akan bertahan, kualitas kekebalan, dan apakah semua individu akan menghasilkan kekebalan tinggi yang tahan lama," ungkap Frances Lund, Ketua Departemen Mikrobiologi Universitas Alabama di Birmingham.

(Baca Juga : Bintang Tsurayya Muncul, Tanda-Tanda Wabah Corona Berakhir?)

Permasalahan lain adalah, apakah setiap orang yang terpapar virus mengembangkan antibodi? Pertanyaan berikutnya, apakah antibodi seseorang yang berkembang cukup untuk menangkal infeksi ulang?

Sebuah studi oleh para peneliti Tiongkok yang belum diuji ulang menemukan, dari 175 pasien COVID-19 yang sembuh, hampir 6 persen tidak memiliki antibodi yang terdeteksi.

Membandingkan COVID-19 dengan virus terkait dapat membantu para peneliti mengetahui rentang waktu seseorang bisa kebal terhadap virus ini.

Tips menghindari corona

COVID-19 berada dalam keluarga yang sama dengan virus SARS, maka para peneliti fokus pada pola yang terlihat pada penyakit tersebut.

"Terlalu dini untuk mendapatkan data pasti apa pun," kata ahli epidemiologi Universitas Drexel, Michael LeVasseur.

(Baca Juga : Subhanallah! Inilah Orang yang Diizinkan Duduk di Dekat Kakbah yang Sepi)

Tetapi, ahli ini mengutip studi tentang wabah SARS 2002-2003 di China yang menemukan kekebalan dari virus tersebut berlangsung rata-rata dua tahun. Sebuah penelitian pada 2017 terhadap pasien SARS menunjukkan, 89 persen dari pasien pulih memiliki antibodi yang terdeteksi dua tahun setelah infeksi. Namun, setelah enam tahun, hanya dua dari 23 pasien yang masih memiliki antibodi terdeteksi. Hal ini menunjukkan berkurangnya pertahanan terhadap virus.

Follow Berita Okezone di Google News

COVID-19 adalah virus RNA, seperti influenza yang artinya dapat bermutasi. Ketika itu terjadi, antibodi yang terbentuk melawan satu jenis tidak selalu efektif terhadap jenis lainnya. Karena itu, menurut Frances Lund, setiap orang membutuhkan suntikan flu baru setiap musim.

"Tapi, coronavirus saat ini tidak terlalu banyak berubah. Jadi kami harap ini tidak akan terlalu menjadi masalah," tutur Frances Lund.

Tim Schacker, Direktur Program Pengobatan HIV Universitas Minnesota juga memiliki pendapat yang hampir serupa dengan Frances Lund. Dia mengatakan, jika seseorang yang pulih dari COVID-19 terinfeksi kembali, kasusnya mungkin tidak terlalu berat.

(Baca Juga : Humor Gus Dur, ketika Luhut Binsar Panjaitan Tak Percaya Ramalan Gus Dur)

"Saya berasumsi bahwa sekali Anda terinfeksi COVID-19, kemudian sembuh dan terinfeksi kembali, itu akan menjadi kasus yang lebih ringan," tutur Tim Schacker.

Sementara itu, ada laporan dari pasien yang sembuh dari COVID-19 ternyata beberapa hari kemudian positif kembali.

Namun, seorang ahli virus di Fakultas Kedokteran Mount Sinai, Florian Krammer menyebutkan bahwa ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengujian. "Saya tidak mengatakan bahwa infeksi ulang tidak akan pernah terjadi. Tetapi, dalam waktu sesingkat itu tidak mungkin," tutur Krammer.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini