Istilah herd immunity kembali muncul, setelah pemerintah diduga tengah melakukan upaya untuk membentuk herd immunity. Lantas, apa sih herd immunity itu, dan apakah efektif dalam melawan virus corona atau COVID-19?
Istilah herd immunity pertama kali diucapkan oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte bahwa kemungkinan besar Pemerintah Belanda akan melakukan herd immunity atau menjaga kekebalan kelompok. Meskipun, dia meminta seluruh warga untuk bekerja dari rumah, menghindari restoran, bar, dan tidak pakai angkutan umum, serta menerapkan social distancing.
"Dengan mengambil pendekatan ini, kebanyakan orang hanya akan mengalami gejala ringan. Kita bisa membangun kekebalan serta memastikan bahwa sistem perawatan dan kesehatan kita mampu mengatasinya," kata Ruttte dalam pidatonya seperti dilansir dari Reuters.
Wacana ini sontak menimbulkan protes keras dari sejumlah kalangan, termasuk para ilmuwan. Menurut mereka, herd immunity bukanlah ide yang baik. Justru dapat meningkatkan jumlah korban jiwa secara drastis.
Dilansir Okezone dari Thehill, seorang Ahli Virus di Yale School of Medicine, Akiko Iwasaki mengatakan, herd immunity hanya dibicarakan dalam konteks vaksin. Seseorang tidak bergantung pada infeksi yang mematikan untuk menciptakan kekebalan tubuh.
Jika sebagian besar masyarakat harus terinfeksi terlebih dahulu untuk bisa kebal, maka banyak orang yang akan meninggal dunia. Para ilmuwan juga tidak tahu apakah orang yang selamat dari COVID-19 akan kebal terhadap virus SARS-CoV-2.
(Baca Juga : Demi Cegah COVID-19, Pastur Memerciki Air Suci Kepada Jemaat Pakai Pistol Air)
Saat ini vaksin telah diuji untuk keamanan dan juga kemanjurannya. Sehingga para ahli dapat lebih yakin terhadap populasi yang dilindungi secara memadai. Singkatnya, herd immunity bukanlah strategi untuk menghadapi pandemi yang sedang berlangsung.
Mengutip laporan Business Insider, herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap patogen, sehingga penularan tidak terjadi secara luas. Contohnya, untuk membatasi penyebaran campak, para ahli memperkirakan bahwa 93% hingga 95% dari populasi harus kebal.
Campak sendiri dianggap lebih menular bila dibandingkan dengan COVID-19. Buktinya, para ahli memperkirakan 40% hingga 70% populasi harus kebal untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Di samping itu, herd immunity juga dapat dicapai melalui penggunaan vaksin, seperti dalam kasus cacar dan campak. Sayangnya, sejumlah ahli mengatakan dibutuhkan waktu selama kurang lebih 18 bulan untuk mengembangkan vaksin corona.
Follow Berita Okezone di Google News