Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Dituduh Biang Keladi Covid-19, Kelelawar Malah Menawarkan Keselamatan bagi Hidup Manusia

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Selasa 14 Juli 2020 14:30 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 14 620 2246166 dituduh-biang-keladi-covid-19-kelelawar-malah-menawarkan-keselamatan-bagi-hidup-manusia-ZpPBCHpL1e.jpg Kelelawar berpotensi selamatkan hidup manusia dari Covid-19 (Foto : Rediff)
A A A

Fakta menerangkan, kelelawar itu hidup bersama dalam koloni yang besar dan padat di mana patogen dan virus dapat dengan mudah ditularkan. "Kelelawar terus-menerus terkena virus," kata Seluanov, dalam pernyataannya. "Mereka selalu terbang keluar dan membawa kembali sesuatu yang baru ke gua atau sarang, dan mereka mentransfer virus karena mereka hidup dalam jarak yang begitu dekat satu sama lain."

Karena mudah terinfeksi virus baru, menurut para peneliti, itu berarti sistem kekebalan tubuh kelelawar terus-menerus mengalami yang namanya "perlombaan senjata" dengan patogen. "Biasanya pendorong terkuat dari sifat-sifat baru dalam evolusi adalah perlombaan senjata dengan patogen," kata Gorbunova. "Berurusan dengan semua virus ini mungkin membentuk kekebalan tersendiri dalam tubuh kelelawar dan itu yang membuat kelelawar berumur panjang."

Kelelawar

Dengan fakta tersebut tidak kemudian mengharuskan semua orang melepas masker dan membiarkan tubuh mereka terpapar virus seperti yang dialami kelelawar. Sebab, berdasar hasil penelitian, tubuh manusia tidak sekuat kelelawar saat menghadapi virus. "Sistem ini terjadi ribuan tahun, bukan dalam beberapa bulan saja," terang peneliti.

Lebih lanjut, peneliti menjelaskan bahwa penuaan tampaknya menjadi faktor lain dalam respons manusia terhadap Covid-19 yang tak sekuat kelelawar. Dengan latar belakang ini, analisis sistem kekebalan kelelawar dapat memberikan target baru bagi terapi manusia untuk memerangi penyakit dan penuaan, menurut para peneliti.

"Misalnya, kelelawar telah bermutasi atau sepenuhnya menghilangkan beberapa gen yang terlibat dalam peradangan; para ilmuwan dapat mengembangkan obat untuk menghambat gen-gen ini pada manusia," terang peneliti.

Para profesor Universitas Rochester berharap untuk memulai program penelitian baru yang bekerja untuk tujuan itu. Di proyek lain, para peneliti baru-baru ini mengumumkan penemuan enam virus corona baru pada kelelawar di Myanmar. Lalu, upaya penelitian lain menemukan tujuh jenis virus corona baru pada kelelawar yang tinggal di sebuah gua di Gabon, Afrika.

Follow Berita Okezone di Google News

(hel)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini