Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Pahami Bahaya Penggunaan Bilik Sterilisasi Corona untuk Tubuh

Fahmi Firdaus , Jurnalis · Selasa 31 Maret 2020 15:18 WIB
https: img.okezone.com content 2020 03 31 620 2191834 pahami-bahaya-penggunaan-bilik-sterilisasi-corona-untuk-tubuh-Fbbwb9GY9B.jpg Bilik Sterilisasi untuk Mencegah Virus Corona
A A A

PANDEMI virus corona (COVID-19) masih terus membayangi. Berbagai upaya pun dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Salah satunya, memperbanyak penggunaan bilik sterilisasi atau chamber disinfektan. Hal ini bertujuan untuk membunuh virus yang menempel pada tubuh.

Tapi tahukah Anda, penggunaan bilik sterilisasi (chamber disinfektan) sangat berbahaya jika terkena pakaian atau selaput lendir, seperti mata dan mulut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia meminta masyarakat untuk tidak menyemprotkan langsung ke tubuh manusia karena sangat berbahaya.

“Jangan menyemprot disinfektan langsung ke badan seseorang, karena hal ini bisa membahayakan. Gunakan disinfektan hanya pada permukaan benda-benda. Ayo #LawanCOVID19 dgn tepat!,”tulis WHO Indonesia di Twitter.

Hal ini kemudian diamini oleh Ketua Tim Pakar Gugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito. Menurutnya, penggunaan disinfektan dengan ruang chamber atau penyemprotan disinfektan secara langsung ke tubuh manusia.

(Baca Juga : Awas, Bilik Sterilisasi Corona Dapat Memicu Kanker)

Chamber disinfektan

“Tidak direkomendasikan karena berbahaya bagi kulit, mulut, dan mata. Disinfektan tersebut bisa sebabkan iritasi," terangnya saat konpres di Media Center Gugus Tugas Percepatan Pencegahan COVID-19 di Jakarta, Senin (30/3/2020).

Menurut Wiku, daripada melakukan penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh, sebaiknya masyarakat melakukan upaya pencegahan sederhana dan terbukti efektif. Seperti saling menjaga jarak atau physical distancing dan sering mencuci tangan pakai sabun.

"Menyemprotkan disinfektan langsung ke tubuh bisa diganti dengan rajin cuci tangan dengan sabun, hindari menyentuh area wajah, dan langsung segera mandi ketika tiba di rumah, mencuci pakaian dengan sabun, dan menyetrika lalu diberi cairan desinfektan hypo clorite saat (pakaian) disetrika," tutup Wiku.

(Baca Juga : Bilik Sterilisasi, Cara Instan Menepis Virus Corona)

Pendapat serupa disampaikan pakar virus Universitas Brawijaya dr. Andrew William Tulle. Dia menegaskan penyemprotan disinfektan ke manusia yang saat ini dilakukan tak efektif dan justru membahayakan.

Tangkal corona

"Transmisi virus (corona) ini melalui droplet yaitu cairan saluran pernafasan saat bersin, batuk atau bicara, masker kalau masker bedah yang lapis tiga bisa menyaring cairan mencegah penyebaran virus. Tapi kalau penyemprotan sesuai artikel terbaru yang diterbitkan WHO, kurang efektif," jelas dr. Andrew William Tulle kepada Okezone, Selasa (31/3/2020).

Dosen Fakultas Kedokteran ini menyatakan virus corona ketika sudah memasuki pernapasan seseorang, maka tak bisa dijangkau dengan semprotan antiseptik yang saat ini banyak terpasang di sejumlah tempat.

(Baca Juga : Penyemprotan Disinfektan Menggunakan Mobil Pemadam Kebakaran)

"Kalau orang tersebut sudah membawa virus di saluran pernapasannya, tidak bisa dijangkau oleh cairan antiseptik yang disemprotkan. Selain itu waktu paparan yang dibutuhkan minimal 20 detik, kalau disemprot (cairan disinfektan ke manusia) hanya beberapa detik, waktu paparannya juga kurang, sehingga kurang optimal," terangnya.

Ia juga mengingatkan penyemprotan disinfektan melalui bilik sterilisasi ke manusia secara langsung akan berbahaya dan resiko terpapar kanker ke depannya.

"Ada resiko seperti itu (terkena kanker ke depannya), di bidang mikrobiologi ada dua istilah antiseptik dan disinfektan, kalau disinfektan adalah bahan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati," tuturnya.

(Baca Juga : Penyemprotan Disinfektan dengan Cara Fogging Dapat Sebabkan Iritasi dan Ganggu Pernapasan)

"Jadi kalau manusia terpapar bahan disinfektan, ada resiko atau kemungkinan muncul efek negatif. Efek jangka pendek bisa iritasi atau jangka panjang, bisa kemungkinan memicu kanker, karena bahan disinfektan peruntukannya bukan untuk makhluk hidup," imbuhnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Sementara itu, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan menegaskan, pemasangan chamber disinfektan tidak berbahaya jika digunakan secara tepat. Bahkan, pihaknya telah membagikan chamber disinfektan gratis di berbagai area publik. Ini merupakan salah satu program sebagai upaya untuk menangkal penyebaran virus corona.

"Bilik Cekal (Cegah Tangkal) Corona Dompet Dhuafa menggunakan cairan antiseptik yang aman untuk tubuh manusia dan sudah sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan dan farmakolog, bukan cairan yang biasa dipakai untuk menyemprot fasilitas umum,” ujar Imam dalam siaran persnya.

Kata dia, dari target 1.000 bilik cekal (cegah tangkal) corona yang akan didistribusikan, sampai saat ini Dompet Dhuafa sudah masang 63 disinfection chamber di berbagai lokasi yang dibutuhkan seperti 44 rumah sakit dan fasilitas kesehatan, 4 fasilitas pendidikan, 10 kantor pelayanan publik, 4 fasilitas umum dan 1 di stasiun MRT.

(Baca Juga : Bukti Bahwa Virus Corona Bukan Ciptaan Manusia)

Hal senada juga diutarakan Ketua Crisis Center Cegah Tangkal Corona (CCCTC) Yeni Purnamasari. Menurutnya, penggunaan disinfection chamber merupakan salah satu upaya mengurangi kontaminasi virus dan bakteri yang menempel di permukaan pakaian atau benda, dengan cairan antiseptic yang aman dan konsentrasi yang sesuai dengan anjuran produk masing-masing.

Dalam pemakaiannya perlu edukasi secara jelas dan tepat terkait dengan lama pemakaian, paparan tidak langsung terhadap mata dan tidak ditelan.

“Upaya ini tidak meninggalkan metode pencegahan transmisi penularan virus yang dapat melalui droplets dan menempel di pemukaan benda dengan upaya cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer disetiap waktu yang dianjurkan untuk cuci tangan,” pungkasnya.

Adapun Kabag Humas Pemkot Malang Nur Widianto menyatakan bilik sterilisasi pencegahan corona bernama Sico (Sico) buatan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, yang dipasang di sejumlah tempat di Kota Malang bukanlah berbahan cairan disinfektan, melainkan cairan antiseptik.

"Sejak awal sebenarnya kita sudah membedakan antara antiseptik dan disinfektan. Kita pastikan bilik sterilisasi itu aman karena terbuat dari antiseptik, bukan disinfektan," ungkap Nur Widianto.

Ia justru meminta masyarakat yang melakukan penyemprotan secara mandiri ke sejumlah orang yang masih menggunakan cairan disinfektan untuk dihentikan.

"Kita bedakan kalau disinfektan iu menyasar benda mati, kalau antiseptik itu digunakan untuk bilik sterilisasi yang langsung terkena manusia. Kita pesankan ke warga yang membuat penyemprotan secara swadaya untuk berhati - hati. Jangan sampai menggunakan campuran itu (cairan disinfektan) untuk manusia, tapi untuk benda mati," terangnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini