Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Milad Ke-45, MUI Harus Terus Berkhidmat Menyampaikan Pesan Mulia

Minggu 09 Agustus 2020 17:11 WIB
https: img.okezone.com content 2020 08 09 620 2259419 milad-ke-45-mui-harus-terus-berkhidmat-menyampaikan-pesan-mulia-DfKCQ0LN14.jpg Ilustrasi Majelis Ulama Indonesia. (Foto: Dok Okezone)
A A A

PADA peringatan milad ke-45 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menjelaskan bahwa ini merupakan momentum yang penting untuk melakukan konsolidasi organisasi serta penyatuan ide dan pemikiran. Hal demikian diperlukan tumbuhnya gagasan yang dapat merefleksikan semangat untuk mengatasi fenomena-fenomena aktual yang dinilai sebagai tantangan zaman.

"MUI harus terus berkhidmat menyampaikan pesan-pesan mulia, ajaran luhur, kepada umat melalui jalan dakwah dan tarbiyah sehingga maqosyidussyariah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya," ujar Wamenag secara virtual, Jumat 7 Agustus 2020, dikutip dari Kemenag.go.id.

Baca juga: Kisah Seorang Muslim Bebas dari Hukuman Potong Tangan Berkat Saksi Unta 

Menurut dia, milad juga berarti mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala limpahan karunia-Nya hingga MUI saat ini tetap eksis dan terus dapat memberikan manfaat kepada umat.

"Ini juga sekaligus sebagai wadah untuk bermuhasabah dan refleksi terhadap perjalanan MUI hingga saat ini. Semoga MUI terus eksis dan milad MUI ini menjadi momentum bagi kita bersama untuk meneguhkan kembali komitmen dan jati diri diri MUI sebagai wadah ulama, zuamah, dan cedekiawan Muslim untuk meneguhkan peran dan fungsinya melakukan himayatul ummah, takwiyatul ummah, dan tauhidul ummah," tambahnya.

Wamenag menilai bahwa tantangan MUI ke depan tidaklah ringan, terlebih saat ini hidup di tengah revolusi industri 4.0 dan era disrupsi.

"Salah satu tantangan era disrupsi ini adalah munculnya fenomena semakin banyak orang yang belajar dan memperoleh informasi keagamaan lewat internet dan media sosial. Namun boleh jadi sumber informasi keagamaan tersebut tidak mempunyai sumber informasi keagamaan yang otoritas tepat atau tidak memiliki jalur sanad yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," paparnya.

Baca juga: 7 Amalan yang Selalu Dikerjakan Rasulullah: Sedekah hingga Istigfar 

Follow Berita Okezone di Google News

Ia melanjutkan, dahulu relasi antara umat dan ulama hadir dalam peristiwa temu muka pada ruang dan waktu, sehingga sangat bersifat personal, terbatas, khusyuk, dan khidmah. Persoalan dapat diselesaikan pada ruang-ruang yang khusus dengan etika keilmuan dan keulamaan yang luhur.

Baca juga: Diberi Tumpukan Sampah, Ini Jawaban Bijak Nabi Muhammad 

"Kita sekarang ini sering menjadi saksi bahwa disrupsi hadir seiring degan peralihan komunikasi antara manusia, yang biasanya bersifat personal dan bertemu tatap muka tergantikan dengan media sosial,” tambahnya.

Dirinya melihat interakasi manusia pada media sosial bersifat artifisial atau malah sebaliknya, begitu fulgar dan mengabaikan kesopanan yang berlaku di dunia nyata. Namun di tengah arus media sosial tersebut, MUI harus terus dapat memberikan teladan dengan mengeluarkan fatwa-fatwa seperti penggunaan media sosial dan tertuang menjadi panduan bagi masyarakat sebagaimana terangkum dalam hasil munas ke-9 tahun 2015 MUI di Surabaya.

Baca juga: Doa Mengalir atas Wafatnya Ayah Ustadz Khalid Basalamah karena Covid-19 

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini